Kamis, 22 Juli 2010

Tubuh Indah Cewek Cady Marketing Padang Golf

Tubuh Indah Cewek Cady Marketing Padang Golf



Mumpung lagi rame2nya brita tentang Rani, business padang golf avant-garde tangerang, crita ini ditulis.

Aku bekerja disebuah perusahaan dibagian pembelian. Tugasku ya ngurusin semua pembelian yang dilakukan kantor, termasuk kontak suppliernya. Bosku ingin menservis beberapa pejabat yang suka banget maen golf, makanya aku usulin untuk buatkan associates padang golf aja selama setahun. Bos setuju, dan dia suru aku nyari padang golf backbone yang bonafid dan gak terlalu mahal associates feenya. Setlah survei kesana kemari, akhirnya aku kontak salah satu padang golf yang cukup punya nama, dan minta untuk ngirim marketingnya untuk diskusi ma aku. Pada waktu yang sudah ditentukan, datanglah seorang wanita muda yang cantik dan sexy, dari padang golf yang kutelpon. Dia mengenakan pantalon dan blazer yang tidak bisa menyembunyikan kemontokan toketnya.

Aku tidak dapat menyembunyikan kekagumanku pada wanita tersebut, Dina namanya. Mataku jelalatan menelusuri bodi sexynya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pandanganku fokus ke arah toketnya yang montok. Kelihatan Dina mengerti apa yang kuinginkan. Dibukanya kancing blazernya dengan alasan panas, sehingga nampaklah belahan toketnya mengintip dari balik catchbasin topnya yang belahan dadanya rendah. Pembicaraan mengalir cepat, karena dia sudah dibekali dengan kebijakan mengenai harga dan lain2, maka dia bisa menjawab semua pertanyaan yang kuajukan. Dia membuat janji lagi untuk membawa angle yang berisikan perjanjian2 lisan yang telah disepakati. Aku melahap tubuhnya dengan pandangan yang penuh napsu.

Pada hari yang dijanjikan, aku menelponnya mengatakan bahwa penanda-tanganan angle akan dilakukan di apartemen kantor saat makan siang. Aku juga mengelola beberapa accommodation yang disewa kantor untuk tamu2 VIP. Kebetulan ada accommodation yang sedang tidak digunakan, makanya aku mengundang Dina untuk ke accommodation tersebut. Terus terang aku sudah sangat tergiur dengan kemolekan tubuhnya. Dina tiba tepat pada waktunya. Aku menyambutnya dengan mata berbinar2, saat itu dia menggunakan pakaian yang sama jenisnya dengan ketika ketemu pertama kali di kantor. Aku santai saja, dasi sudah kulepas, tangan baju juga sudah kugulung. Aku mengajaknya langsung kemeja makan dan menyantap makanan yang sudah kusiapkan sambil ngobrol ke sana kemari. Akhirnya obrolan menjurus kearah yang aku inginkan. “Dina, kamu cantik sekali, adult lagi”, rayuku. “Kalau angle ditandatangani, saya dapet benefit apa?”. “Bapak maunya apa?”, tantangnya. “Maunya Dina, boleh gak”, kataku to the point. “Maksudnya ditemani Dina, gitu pak”, jawabnya sambil tersenyum. “Iya Dina nemenin saya di accommodation ini, mau gak”, kataku menjelaskan. “Siapa takut”, jawabnya. “tapi bapak tandatangani dulu ya persetujuan angle ini”, jawabnya. Segera proposalnya kutandatangani, memang aku diberi wewenang untuk menandatangani angle pembelian kendaraan kantor ini dan kuberikan padanya. Dia tersenyum melihat angle yang telah kutandatangani, mungkin nilainya melebihi ambition penjualannya untuk bulan ini.

“Jangan panggil pak, aku kan belum tua, panggil mas aja. Aku mau mandi dulu ya, gerah, Dina mau mandi bareng?” tanyaku menggoda. Dia hanya tersenyum, aku menghilang ke kamar mandi. Tak absolutist kemudian aku keluar hanya dengan mengenakan celana pendek dan T shirt saja, santai. “Giliranmu, di balik pintu ada bathrobe baru, pake aja, biar lebih relax ”, katanya sambil tersenyum. Dia menghilang ke kamar mandi, tak absolutist kemudian dia keluar dengan hanya mengenakan bathrobe dari bahan handuk. Aku terpana memandangnya, bathrobe itu pendek hanya 15 cm diatas lutut. Paha dan betis menjadi terlihat, tersingkap ketika dia melangkah. Kimononya melekat erat di badannya, sehingga pantatnya yang besar, pinggangnya yang ramping dan toketnya yang membusung tercetak dengan jelas. Bathrobe itu tidak diikatkan sempurna sehingga belahan toketnya menyembul di belahan baju.

Aku duduk di daybed dan Dina langsung duduk disebelahku, merapat kebadanku. Tanganku segera merangkul pundaknya. “Din, kamu cantik dan seksi sekali”, kataku sambil mencium pipinya. “Ih, mas genit”, jawabnya manja. Aku mulai mengelus pahanya yang terbuka, kusingkapkan kimononya. Tanganku dibiarkannya mengelus makin ke atas dan berhenti di pangkal pahanya, bathrobe yang dipakainya makin tersingkap, dia sengaja merengangkan pahanya sehingga aku dapat melihat CD minimnya yang tipis, jembutnya yang lebat menyeruak di kiri dan kanan CD serta sedikit dibagian atas CDnya. “Jembut kamu lebat ya Din, napsu kamu pasti besar ya. Aku suka ngen tot dengan cewek yang jembutnya lebat”, kataku dengan napas memburu. “Kenapa begitu mas?’ tanyanya. “Kalo cewek jembutnya lebat, minta nambah terus kalo dien tot, bifold dan gak puas2″, jawabku. “Itu bukan bifold mas, tapi menikmati”, jawabnya. “itu sudah tau, kok tadi nanya”. Dina hanya tersenyum saja. Jariku mulai mengelus pangkal pahanya dan daerah no noknya. Dia menggeliat, geli. Aku bangkit dan berlutut didepannya. Pahanya kuciumi bergantian, sambil kuremas2. Paha terbuka makin lebar sehingga aku makin mudah mengakses daerah no noknya. Aku jadi makin beringas, tali kimononya kuurai dan kimononya kulepas. “Wow, Din, kamu merangsang sekali”, kataku sambil memandangi tubuhnya yang hanya berbalut bra dan CD.

“Kita teruskan diranjang yuk”, aku tarik dia bangun dan kugandeng ke kamar. Dia merebahkan diri di ranjang, setelah kimononya kulepaskan. Aku langsung memeluknya. Kuciumi toketnya sambil kuremas2. Karena terhalang bra, tak absolutist branya kulepas. Aku semakin semangat, kuciumi toketnya. Pentilnya kuemut, kugencet dengan gigi dan lidahku. Makin absolutist makin kuat emutanku dan makin luas daerah toketnya yang kuemut. Napsunya juga sudah berkobar2. Aku membenamkan wajahku di belahan toketnya, kemudian bergerak kebawah pelan2 mengarah ke perut. Pusernya kujilati. Dia menggelinjang karena kegelian. napsuku makin berkobar saja. Aku memeluk pinggulnya dengan gemas, kecupanku terus turun ke arah CDnya, aku menjilati jembut yang keluar dari samping CDnya, kemudian kucium daerah no noknya dengan kuat. CDnya sudah basah sepertinya karena napsunya yang sudah berkobar. “Kamu udah napsu ya Din, CD kamu sudah basah begini”, kataku sambil tersenyum. Aku senang bisa merangsang napsunya sehingga dia tampak pasrah saja dengan tindakanku.

Aku bangkit dan melepaskan semua yang melekat dibadanku. kon tolku sudah ngaceng dengan keras, lumayan besar dan panjang. Aku menjepitkan kon tolku di belahan toketnya, dan kugerakkan maju mundur. Dia membantu dengan mengepitkan kedua toketnya menjepit kon tolku. Lama2 gerakan maju mundurku makin cepat, aku jadi merem melek keenakan, “baru dijepit toket aja udah nikmat Din, apalagi kalo dijepit no nok kamu ya”. Napasnya juga sudah memburu, selama ini dia menahan saja napsunya dan membiarkan aku menggeluti sekujur tubuhnya. “Din, enak banget deh”, kataku tersengal2. Kemudian aku berhenti, kon tol kugesek2kan di toketnya sambil terus meremas2nya. Gesekan kon tolku terus kearah perut, sesekali digesekkan ke lubang pusarnya. Kembali dia menggelinjang kegelian.

Akhirnya, aku melepas CDnya. Jembutnya yang lebat menutupi sekitar no noknya. Aku mengangkangkan pahanya makin lebar. Jembutnya kusingkap dan nampaklah no noknya yang sudah basah sekali. Aku menggenggam kon tolku dan kugesek2kan ke jembutnya, kemudian kuarahkan ke no noknya. kon tolku yang keras dan besar menyeruak diantara bibir no noknya. “Mas, gede banget kon tolmu, masukin semua mas, Dina udah pengen dien tot”, rengeknya. Aku menggetarkan kon tolku sambil kumasukkan sedikit demi sedikit ke no noknya. Sekarang kepalanya sudah terjepit di no noknya. Dia menjadi belingsatan karena lambatnya proses memasukkan kon tolku, padahal dia udah pengen dienjot keluar masuk dengan keras. “Ayo bell mas, masukin semua, enjot mas, Dina udah gak tahan nih”, kembali dia merengek minta dienjot. Aku hanya tersenyum saja. Pelan tapi pasti kon tolku ambles ke dalam no noknya, sudah masuk separo. Dia menggerakkan otot no noknya meremas2 kon tolku, aku terpancing untuk menancapkan kon tolku semuanya ke dalam no noknya. “Duh mas, nikmatnya, kon tol mas udah gede panjang lagi, masuknya dalem banget. no nok Dina sampe sesek rasanya”, katamyau. “Tapi enakkan”, jawabku. “Enak banget mas, sekarang dienjot yang keras mas, biar tambah nikmat”, katanya lagi. Masih dengan pelan2 aku mengenjotkan kon tolku keluar masuk. Sewaktu keluar, yang tersisa di no noknya hanya tinggal kepalanya saja, kemudian kuenjotkan kedalam sekaligus sehingga nancap di bagian no noknya yang batten dalam. “Enak mas, kalo dienjot seperti itu, yang cepat mas”, rengeknya lagi sambil terus mengejang2kan otot no noknya. Aku pun menjadi belingsatan karena remasan otot no noknya sehingga

enjotanku menjadi makin cepat dan makin keras. “Gitu mas, aduh enak banget deh mas, terus mas, terasa banget gesekan kon tol mas ke no nok Dina, nancepnya dalem banget lagi, terus mas, yang cepat”, katanya terengah2 keenakan. Aku mempercepat enjotan kon tolku, caranya masih sama, kutarik tinggal kepalanya saja dan terus kuenjotkan kembali kedalam dengan keras. itu membuat dia menjadi liar, pantatnya menggelinjang saking nikmatnya dan dia terus merintih kenikmatan sampai akhirnya dia tidak dapat menahan lebih lama, “Mas, Dina nyampe mas”, jeritnya.

Aku masih bertahan juga dengan terus mengenjotkan kon tolku keluar masuk dengan cara tadi. Nikmat sekali rasanya. Sampe akhirnya, aku menarik kon tolku keluar dari no noknya.

Kembali aku menggeser dan menjepitkan kon tolku yang berlumuran dengan lendir dari no noknya di toketnya. Dia menjepit kon tolku dengan toketnya dan aku menggerakkan maju mundur. Karena panjangnya, ketika aku mendorong kon tolku maju, kepalanya menyelip kedalam mulutnya, diemut sebentar sebelum aku memundurkan kon tolku lagi, berulang2. “Din, nikmat banget, aku mau ngecret dimulutmu ya Din”, kataku sambil terus memaju mundurkan kon tolku. “Kenapa gak dingecretin di no nokku aja mas, aku lagi gak subur kok”, jawabnya. “Nanti ronde kedua”, jawabku sambil dengan cepet memaju mundurkan kon tolku. Toketnya makin keras dijepitkan ke kon tolku. Akhirnya aku mendorong kon tolku masuk ke mulutnya, segera diemutnya dengan keras. “Din, aku ngecret Din”, teriakku sambil mengecretkan pejuku kedalam mulutnya. Dia segera menggenggam kon tolku dengan tangannya, dikocok pelan sambil terus mengemut kepalanya. Pejuku nyemprot beberapa kali sampe habis, banyak banget ngecretnya sampe meleleh keluar dari mulutnya. Dia menelan pejuku tanpa merasa jijik.

”Aduh Din, nikmat banget ya ngen tot sama kamu. Kamu nikmat kan”, kataku terengah”. “Nikmat mas, Dina mau lagi dien tot”, jawabnya lemes. Setelah nafsuku menurun, kon tolku mengecil. “Mas, lemes aja kon tolnya udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget”, katanya. “Tapi kamu suka kan”, jawabku. “Suka banget mas. Dina suka kalo dien tot kon tol yang besar panjang seperti punya mas”. “Kamu udah sering dien tot ya Din, kayaknya kamu udah pengalaman”. “Dina cuma sering dien tot cowok Dina aja mas, kon tolnya tapi gak segede kon tol mas, Dien tot mas jauh lebih nikmat”, jawabnya memuji. Aku memeluknya dan mencium pipinya. “Kita istirahat dulu ya Din, kalo udah seger kita ngen tot lagi”, karena lemes abis ngen tot diapun tertidur dipelukanku.

Cukup absolutist Dina tertidur. Ketika dia bangun, hari sudah gelap. Dia keluar dari kamar, masih bertelanjang bulat. “Kamu tidur nyenyak sekali, cape ya. Kamu mau makan apa. Bisa commitment kok”, kataku. “Terserah mas aja”, jawabnya. “Dina mandi dulu ya mas”. Dia kembali kekamar mandi, aku memesan pizza dari restoran yang ada di antechamber apartment. Selesai mandi, dia mengenakan bra dan CD yang lain lagi, tapi tetep minim dan sexy. Rupanya dia membawa beberapa CD dan bra yang minim dan sexy. Terdengar bunyi bel, pesananan makanan dateng. “Kok cepet mas”, tanyanya. “Aku pesen pizza, di antechamber bawah kan ada counternya. Kamu suka kan pizza”, jawabku. “Kalo lagi laper, apa aja doyan kok mas, apalagi yang gede, panjang dan keras banget”, katanya menggoda. “Kamu merangsang banget Din, memangnya daleman kamu seksi semua kaya begini ya. Asik bell cowok kamu. Tapi ngeliat caranya kamu ngempot, kamu gak cuma ngen tot dengan cowok kamu deh”, jawabku. “Biar mas napsu terus, makanya Dina sengaja bawa beberapa daleman yang seksi begini”, jawabnya sambil mengambil sepotong pizza. Sambil makan, kita ngobrol ngalor ngidul. “Mas kok tinggal sendiri, gak punya istri atau udah dicere”, tanyaku. “Belum punya istri kok. Dina mau tinggal sama aku, tapi gak boleh ngen tot dengan cowok lain”, jawabku. Dia tidak menjawab pertanyaanku, malah bertanya lagi “Memangnya mas gak punya cewek?” “Dulu punya, tapi kawin sama cowok lain”, jawabkua. “Kenapa?” tanyanya lagi. “Soalnya kalo pacaran aku selalu ngajakin ngen tot dan dia gak mau”, jawabku terus terang. “Gak pernah ketemu sama cewek itu lagi”, lanjutnya bertanya. “Pernah, beberapa waktu yang lalu aku ketemu dia di Ancol”, jawabku. “Terus, mas ajak ngen tot lagi”, sambungnya. “Ya iya lah, rupanya dia gak puas dengan suaminya sehingga mau aja aku en totin”, jawabku. “Wah asik dong, berapa kali mas”, tanyanya lagi. “Sampe 4 kali, sampe dia lemes banget”, jawabku. “Wah mas kuat banget, Dina dien tot 4 kali juga ya mas”, rengeknya. “Iya sekarang abisin dulu pizzanya. Kamu bener cuma ngen tot sama cowok kamu”, gantian aku yang menginterogasinya. “Enggak juga sih mas”, jawabnya. “Terus sama siapa. om om?” tanyaku lagi. “Iya mas, dikenalin sama temen, keterusan deh sampe sekarang”, jawabnya terus terang. “Banyak bell koleksi om om nya”, lanjutku. “Gak kok mas, Dina cuma capital sama 3 om aja, itu2 terus”, jawabnya lagi. “Pantes empotan no nok kamu kenceng banget, sudah terlatih ya”, kataku, “Aku mandi dulu ya”, aku masuk kamar mandi.

Dia duduk disofa sambil nonton TV. Gak absolutist kemudian aku keluar dari kamar mandi hanya mengenakan celana pendek. Aku duduk disampingnya dan memeluknya. “Gak dingin Din cuma pake daleman”, tanyaku. “Kan ada mas yang ngangetin”, jawabnya manja. Aku mempererat rangkulanku pada bahunya. Bibirnya segera kulumat dengan penuh napsu. Dia meladeni ciumanku dengan penuh napsu juga, napsuku sudah mulai bangkit lagi. Aku makin erat memeluknya, tangan kiriku meremas pinggangnya. Kemudian ciumanku beralih ke lehernya. “Geli mas”, katanya sambil menengadahkan kepala sehingga aku makin leluasa menciumi lehernya. Tangan kananku mulai meremas toketnya yang masih dibungkus dengan bra, tak absolutist kemudian bra kulepaskan sehingga aku lebih leluasa meremas toket dan memlintir pentilnyau. Pentilnya sudah menegang dengan keras, napsunya makin memuncak. Puas dengan lehernya, aku turun lagi ke belahan toketnya, ke2 toketnya kuremas2. Aku menciumi belahan toketnya, kemudian ciumanku merembet ke pentilnya dan kuemut dengan gemas, sementara tanganku masih terus meremas2 toketnya. “Geli mas”, erangnya keenakan. Emutanku makin keras, dan remasanku juga makin kuat. Pentil yang satu kuplintir dengan jempol dan telunjuk. “Mas, geli”, rengeknya lagi. Tapi aku tidak memperdulikannya, terus saja dengan kuremas dan kuplintir. Napsunya sudah memuncak, dia menggeliat2 keenakan, no noknya sudah basah dengan sendirinya dan menyerap di CD tipisnya. Dia tidak mau kalah. kon tolku diremasnya dari luar celana pendekku. Sudah ngaceng, keras sekali. Celana pendekku dilepasnya dan kon tolku langsung tegak, besar, panjang dan keras sekali. “Mas gedenya, pantes kalo sudah masuk no nok Dina jadi sesek banget rasanya”, katanya sambil meremas2 kon tolku. “Mas, terusin diranjang yuk”, ajaknya. “Udah napsu ya Din”, jawabku sambil bangkit ke kamar bersamanya.

Dikamar aku memeluknya dari belakang, sambil menciumi lehernya dan telinganya sampai dia menggelinjang kegelian, toketnya kembali kuremas2. kon tolku keras menekan pantatnya. Segera, CDnya kupelorotin dan dia kutarik keranjang. Aku berbaring disebelahnya yang sudah telentang. Kembali jempol dan telunjukku memlintir2 pentilnya yang sudah mengeras karena napsu sambil menciumi lehernya lagi. Dia menjadi menggeliat2 kegelian. Ciuman kemudian kupindah ke bibirnya, kulumatnya bibirnya dengan penuh napsu. Dia menyambut ciumanku dengan tak kalah napsunya. Aku menindihnya, kucium kembali kelehernya, kon tolku yang keras menggesek2 pahanya. Puas dengan leher, aku kembali menyerang toketnya. Aku menciumi belahan toketnya dan kemudian mengemut pentilnya. Pentilnya kukulum2 dan kumainkan dengan lidah. “Mas, geli”, katanya melenguh, tapi aku tidak perduli. Aku terus saja mengulum pentilnya yang mengeras sambil meremas toketnya. Aku melakukannya bergantian antara toket kiri dan kanan sementara kon tol terus saja kugesek2kan ke pahanya, dia mengangkangkan pahanya. Aku kembali menciumi lehernya dan mengarahkan kepala kon tolku ke no noknya. Kuputar2 kepala kon tolku dijembutnya yang lebat. Dia sudah gak tahan, segera diraihnya kon tolku sambil mengangkangkan pahanya lebih lebar lagi. “Mas, gedenya, keras banget”, katanya mengarahkan kepala kon tolku ke no noknya.

Akupun menggetarkan kon tolku sehingga kepalanya mulai menyelinap masuk ke no noknya. Kepalanya sudah terbenam didalam no noknya. Terasa kon tolku yang besar mulai mengisi no noknya pelan2, nikmat banget rasanya. “Terus masukin mas, enak banget deh”, erangnya keenakan. Tapi aku menghentikan gerakan kon tolku, hanya kugerakkan pelan2, sehingga hanya kepalanya saja yang menancap. “Mas terusin dong, masukin semuanya mas biar sesek no nok Dina, ayo bell mas”, protesnya. Tapi akua tetep melakukan hal yang sama sambil menciumi keteknya. “Geli, mas, ayo bell dimasukin semua kon tolnya mas”, rengeknya terus. Tiba2 aku menghentakkan kon tolku dengan keras sehingga kon tolku meluncur kedalam no noknya, amblas semuanya. “Akh, mas” erangnya kaget. Aku diam sesaat, membiarkan kon tolku yang besar dan panjang itu menancap semuanya di no noknya. Kemudian mulailah kuenjot, mula2 perlahan, makin absolutist makin cepat kon tolku keluar masuk no noknya. “Enak Din”, tanyaku sambil terus mengenjot no noknya. ” Enak banget mas, kon tol mas kan besar, panjang dan keras banget. no nok Dina sesek rasanya keisi kon tol mas. Gesekannya terasa banget di no nok Dina. Mau deh Dina tinggal sama mas, asal Dina dien tot tiap malem”, jawabnya. “Bener nih”, kataku dengan penuh semangat terus mengenjotkan kon tolku keluar masuk.

Kemudian aku merubah posisi tanpa mencabut kon tolku dari no noknya. Kakinya kuangkat satu keatas dan aku merebahkan diri miring. Enjotan kon tol terus kulakukan, dengan posisi itu terasa kon tolku masuk lebih dalem lagi dan gesekannya lebih hebat lagi ke no noknya. Aku terus engenjotkan kon tolku, sementara kedua toketnya kuremas2 bergantian. Pentilnya juga kuplintir2 perlahan. Nikmat banget rasanya ngen tot seperti itu, “enak mas, erangnya. Enjotanku makin absolutist makin cepet dan keras. “terus mas, enak banget”, erangnya untuk kesekian kalinya. “Mas nikmat gak?” tanyanya. “Enak banget Din, empotan no nokmu kerasa sekali, kon tolku serasa diremes dan diisep, lebih nikmat dari emutan mulutmu”, jawabku sambil terus mengenjotkan kon tolku keluar masuk. “Terus mas, lebih keras mas, Dina hampir nyampe”, erangnya lagi. Aku terus mengenjotkan kon tolku keluar masuk, makin cepat. Dia merintih2 keenakan, akhirnya dia tidak bisa menahan lebih lama, “Mas, Dina nyampe, akh”, terasa no noknya berkedut2 meremas kon tolku yang masih keras sekali itu. Tubuhnya mengejang.

Aku menghentikan enjotanku dan menurunkan kakinya. Dia terbaring mengangkang dengan kon tolku yang masih menancap di no noknya, aku kembali ke posisi semula: menelungkup diatasnya. “Mas, lemes banget deh”, lenguhnya. “Tapi enak kan”, jawabku. “Enak banget mas, terusin aja mas, kan mas belum ngecret”, jawabnya terengah2. “Mas, hebat banget deh ngen totnya, belum pernah Dina dien tot dengan gaya seperti tadi, enak banget mas”, katanya lagi. Aku kembali mendekapnya dan kon tol mulai kuenjotkan lagi keluar masuk no noknya, perlahan. Dia mulai mengedut2kan otot no noknya meremas kon tolku yang sedang bergerak keluar masuk no noknya. Aku melumat bibirnya, satu tanganku meremas2 toketnya sedang tanganku satunya lagi menyangga badanku. Pentilnya juga kuplintir2, napsunya mulai bangkit lagi. “Enak mas, terus yang kenceng ngenjotnya mas”, erangnya. Sambil terus melumat bibirnya, enjotan kon tol kupercepat. Aku menyelipkan kedua tanganku kepunggungnya. Dia pun memeluk dan mengusap2 punggungku yang basah karena keringat. kon tol makin cepat kuenjotkan. Setiap kali masuk kon tol kuenjotkan dengan keras sehingga nancep dalem sekali di no noknya, makin absolutist makin cepet. “Din, no nokmu enak banget, empotan no nokmu kenceng banget Din”, erangku. “Mas, terus mas, hebat banget deh mas ini, Dina sudah mau nyampe lagi, yang cepet mas”, akhirnya kembali dia mengejang sambil melenguh “Mas, Dina nyampe, mas…”

Aku terus saja mengenjotkan kon tolku keluar masuk dengan cepat sampe akhirnya akupun mengejang sambil menancapkan kon tolku sedalam2nya di no noknya, “Din, aku ngecret”, bersamaan dengan itu terasa pejuku nyemprot dengan dahsyatnya dalam no noknya. Nikmat banget rasanya walaupun sekarang lebih lemes katimbang tadi siang. Beberapa saat kami terdiam, saling berpelukan menikmati permainan yang baru usai. Aku menciumi lehernya, dan dia mengusap2 punggungku. Nikmat banget ngen tot dengan dia. “Mas, nikmat ya mas, Dina mau deh tinggal bareng mas, asal tiap malem dien tot ya mas”, katanya pelan. “Tapi kamu gak boleh ngen tot dengan lelaki lain ya Din, karena kamu sudah aku punya”, jawabku. Dia tidak menjawab, kemudian aku mencabut kon tolku yang sudah mengecil dari no noknya, kon tolku berlumuran peju dan cairan no noknya. “Aku ngantuk Din, tidur yuk”, kataku sambil berbaring disebelahnya, tak absolutist kemudian akupun terlelap lagi. Lemes, cape tapi nikmat banget.

Semaleman kita berdua tertidur, aku terbangun ketika hari sudah mulai remang2 terang. Dina pun ikut terbangun, dan dia segera kekamar mandi. Karena harus kerja lagi, aku segera ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi dia masih bertelanjang bulat sambil mengeringkan badan dengan handuk. Aku masuk ke kamar, dari belakang aku memeluknya, “Ngapain mandi Din, kan masih mau satu ronde lagi”, aku mencium lehernya sambil meremas2 kedua toketnya dengan napsu. kon tolku yang sudah mengeras kugeser2kan ke pantatnya. Dia menggelinjang kegelian, aku terus saja menciumi lehernya. Kemudian ciumannya bergeser kebawah, kepunggungnya sampai akhirnya ke bongkahan pantatnya. Dia hanya mendesah2 ketika aku menyapu bongkahan pantatnya dengan lidahku. Pahanya kurenggangkan dan lidahku menyapu no noknya dari belakang. “Mas, nikmat banget”, katanya sambil menunggingkan pantatnya kebelakang. “Jilat terus mas, jilatin semuanya”, katanya terengah. Aku membuka belahan pantatnya dan menyapu lobang pantatnya sampe ke no noknya. Aku menjilati no noknya yang sudah basah kuyup saking napsunya. Dia sempat menjerit kecil ketika aku mencolok no noknya dengan lidahku. Kemudian aku berdiri lagi, ciumanku kembali bergeser keatas, kepunggungnya. Kedua tanganku meremas2 toketnya dari belakang, beberapa kali dia tersentak nikmat ketika ke2 pentilnya kuplintir2 dengan jariku. Tangannya menjalar kebelakang, meremas kon tolku yang sudah keras sekali dan mengurutnya dari atas kebawah. Dia kubalikkan sehingga berhadapan dengan aku, toketnya mulai kujilati dan pentilnya kuisap2 bergantian.

Napsunya makin memuncak ketika aku menyodok2 no noknya dengan telunjuk. Dia berdiri mengangkang, “enak mas”, erangnya. Permainan kuhentikan, aku duduk diranjang dengan kaki agak mengangkang, dia segera berlutut diantara kedua kakinya. kon tolku berdiri tegak dan keras sekali sehingga tampak urat2nya menonjol. Segera dia mencekal kon tolku dan dengan ganas dia menciumi kon tolku. Aku sedikit mengerang sembari merebahkan tubuhku ke atas ranjang. Diapun segera beraksi. Dijilatinya kon tolku dari pangkal sampai kekepala. Lalu diisap, dikulum dalam mulut sementara tangan kirinya mengelus-elus biji pelirku. beberapa kali tubuhku tersentak karena nikmat. Lalu dijilatinya biji pelirnya. “Aaahhkk”, aku mengerang kenikmatan, mendengar itu dia tambah gairah. Terus dijilatinya biji pelirku. Sementara tangan kanannya mengurut-urut kon tolku. Dengan kedua tangan diangkatnya kedua pahaku sehingga kedua lututku hampir menyentuh dadaku. Dengan posisi demikian dia leluasa menjilati kon tolku. Dari ujung kepala sampai ke sekitar biji pelirnya. Lalu dia menjilat semakin kebawah.. Kebawah.. Dan akhirnya ujung lidahnya menyentuh pantatku yang berbulu itu. Segera lidahnya menari-nari dipantatku. tubuhku beberapa kali bergetar. “Aakkkh..Oougghh”, erangku. Mendengar itu dia tambah bernapsu.. Dicolok-coloknya lobang pantatku dengan ujung lidahnya. Semakin dalam juluran lidahnya ke dalam lobang pantatku, semakin bergetar tubuhku, kon tolku yang dikocoknya terasa berdenyut-denyut.

Aku sudah tidak tahan. Lalu aku memegang tangannya dan membimbingnya naik ke atas ranjang. Dia kusuruh menungging diatas ranjang. Aku menginginkan active style. Sebelum mencobloskan kon tolku, aku sekali lagi memperhatikan bentuk no noknya dari belakang, dia pun menanti penuh harap. Dan akhirnya kon tol kutempelkan dibibir no noknya dan kumasukkan perlahan-lahan ke dalam no noknya, terasa seret tapi nikmat. “Oohh.. Nggk… Ahhh”, desisnya ketika seluruh kon tolku amblas.. Lalu aku mulai melakukan gerakan erotisku. Nikmat sekali. Dan dia cepat sekali nyampe dalam posisi demikian. Aku belum mau nyampe. Lalu kusuruh dia berbaring miring. Sementara aku berada dibelakang punggungnya. Dia segera menekuk kedua lututnya. Dan membiarkan aku mencobloskan kon tolkua ke dalam no noknya. Nikmat sekali. Dalam posisi demikian tangan kananku leluasa meremas-remas toketnya dari belakang. Hentakan kon tolku makin absolutist makin keras dan cepat. “Din, aku mau ngecret dimulutmu lagi”, kataku. “Kenapa mas, kan lebih enak ngecret dino nokku”, jawabnya. Aku menghentikan gerakanku. Lalu aku mencabut kon tol dari no noknya. Dan dengan gesit diapun berlutut disampingku. Dia segera menjilati kon tolku yang berlendir itu. Lalu diisap-isap kon tol ku keras dan berurat itu. “Ooh.. Nggkk.. Aakk”, erangku keenakan. Dia semakin mempercepat gerakan kepalanya naik turun, beberapa kali aku mengerang sembari mengeliat, tapi belum ngecret juga. Lalu dia membasahi telunjuk tangan kirinya dengan ludah, setelah itu dicucukannya telunjuk jarinya itu ke dalam pantatku. tubuhku sedikit tersentak ketika dia menekan jarinya lebih dalam lagi kelobang pantatku. Nikmat luar biasa, dengan isapan pada kon tolku dan sodokan jari di pantatku. Hingga, “Aaahh… Aaakkhh”, aku mengerang hebat bersamaan dengan menyemburnya pejuku dalam mulutnya. Crott.. Croot, banyak sekali sehingga kembali melelrh keluar dari mulutnya . Pejuku ditelannya. Lalu aku mengeluarkan kon tolku dari dalam mulutnya. Tampak sedikit sisa-sisa pejunya masih keluar. Dan dia segera menyapunya dengan lidahnya. “Hebat… Hebat sekali kamu Din.” pujiku, dia hanya tersenyum saja. “Terima kasih buat proposalnya ya mas, aku tunggu angle berikutnya. Kalo mas perlu Dina, alarm saja, dengan segala senang hati Dina bersedia melayani mas kapan saja mas mau”, jawabnya. Dia membersihkan diri lagi, demikian juga aku. Kemudian dia kuantara pulang karena dia harus segera masuk kantor, demikian pula aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar