Kamis, 22 Juli 2010

Cerita Panas Ngentot Dengan Babysitter dan Pembantu

Cerita Panas Ngentot Dengan Babysitter dan Pembantu



Hai, perkenankan aku untuk sedikit bercerita tentang pengalamanku. Aku memiliki seorang anak laki-laki yang telah berusia 5 tahun dan duduk di bangku TK-B. Aku dan istriku sama-sama bekerja, sehingga anakku biasanya kutitipkan di rumah kakak iparku (kakak perempuan istriku) disaat kami berdua pergi bekerja. Kebetulan rumah kakak iparku dan rumah kami bersebelahan, dan kakak iparku tidak bekerja, sehingga urusan menitipkan anak bukanlah suatu masalah, apalagi keponakanku (anak dari kakak iparku tersebut) ada yang berumur sebaya dengan anakku. Namun, belum absolutist berselang, kakak iparku pindah ke Sumatra karena suaminya ditugaskan di kota Medan. Sejak itulah masalah anak muncul menjadi persoalan yang memusingkan, sementara itu tidak ada lagi

sanak saudaraku ataupun sanak saudara istriku yang tinggal di Jakarta selain kakak iparku yang pindah ke Sumatra (kebanyakan

keluarga kami tinggal di Yogyakarta dan beberapa di Solo). Keadaan ini memaksa kami untuk membayar seorang babby babysitter untuk menjaga anak kami disaat kami berada di kantor. Sebagaimana biasanya, mempekerjakan seorang babby babysitter adalah persoalan yang sangat menjengkelkan, bayangkan saja dalam 2 bulan kami telah 5 kali mengganti babby babysitter dengan berbagai macam sebab yang aku rasa tidak perlu kupaparkan disini. Namun akhirnya ada juga seorang babby babysitter yang dapat bertahan

bekerja selama hampir tiga bulan, ini merupakan rekor pertama yang telah dicapai setelah sebelumnya tidak pernah ada babby babysitter yang bertahan lebih dari 3 minggu. Atas dasar alasan itu juga, aku menyarankan kepada istriku untuk menaikkan gajinya sebagai kompensasi atas kerja serta tanggung jawabnya.

Babby babysitter yang satu ini memang agak berbeda dari semua babby sitter terdahulu. Kelima babby babysitter sebelumnya yang sempat bekerja di tempat kami, rata-rata berusia dibawah 30 puluh tahun, bahkan ada yang baru berusia 19 tahun, namun babby babysitter yang terakhir ini adalah seorang janda berusia 48 tahun. Kami memanggilnya Bu Darsih, bertubuh besar untuk ukuran seorang wanita (tingginya kurang lebih 165 cm), agak gemuk sebagaimana umumnya wanita paruh baya. Pada awalnya kami agak ragu kalau Bu Darsih ini akan sanggup merawat Rio putra kami, mengingat Bu Darsih sudah berumur, sementara Rio sangat hiperaktif, sehingga merawat Rio akan lebih melelahkan dibandingkan merawat anak-anak lain pada umumnya. Ternyata perkiraan kami salah, dan cukup surprise, ternyata Bu Darsih dapat merawat Rio dengan baik. Bahkan ada kejadian yang lebih mengejutkan lagi, dan ini yang ingin kuceritakan pada kesempatan ini. Kami memiliki acara rutin, yaitu berenang yang kami lakukan seminggu sekali setiap hari Sabtu sore. Aku dan istriku selalu mengajak Rio berenang di gelanggang renang Ancol, dan biasanya selalu ada dua

atau tiga orang anak tetangga teman bermain Rio yang ikut berenang bersama kami. Babby babysitter selalu kami ajak ikut serta untuk membantu mengawasi anak-anak, meskipun tidak ikut berenang. Sebagaimana biasanya, pada hari Sabtu kami pergi gelanggang renang Ancol, namun kali ini istriku tidak dapat ikut. Istriku pulang ke Yogyakarta yang rutin dilakukannya enam bulan sekali untuk menjenguk keluarga di sana, terutama orangtuanya (mertuaku), sehingga pada acara berenang kali ini, yang ikut hanya aku, Rio beserta lima orang temannya serta tidak ketinggalan Bu Darsih. Karena istriku tidak ikut, sementara teman Rio yang ikut lebih banyak dari biasanya, yaitu sampai lima orang (biasanya batten banyak tiga orang), aku berfikir bahwa Bu Darsih perlu ikut turun ke air untuk membantu mengawasi anak-anak. Masalahnya keselamatan anak-anak tetangga juga merupakan tanggung jawabku.

Menurut keterangannya, Bu Darsih dapat berenang, tetapi dia tidak memiliki pakaian renang. Bagiku, yang penting Bu Darsih dapat

berenang, karena soal pakaian renang adalah soal mudah, tinggal beli

saja, beres.

Sesampainya di kolam renang, aku mampir sebentar di sebuah kios yang

menjual perlengkapan renang untuk membelikan baju renang Bu Darsih.

Untungnya ada nomor yang pas untuknya, karena baju renang ukuran

besar tidak begitu banyak. Setelah itu seperti biasanya, aku selalu

menyewa kamar bilas keluarga yang dapat disewa per tiga jam. Aku

selalu menyewa kamar bilas keluarga, karena kupikir lebih praktis.

Di kamar bilas itu kami sekeluarga dapat berkumpul dan tidak perlu

terpisah seperti di kamar bilas umum yang dipisahkan antara kamar

bilas untuk pria dan wanita. Disamping itu, di kamar bilas keluarga

semua perlengkapan, pakaian, tas dan sebagainya dapat disimpan di

kamar bilas tersebut, tinggal dikunci dan beres, tidak perlu repot-

repot antri ke tempat penitipan pakaian yang melelahkan, ditambah

resiko kehilangan barang-barang. Battery juga sudah tersedia di dalam

kamar bilas, tidak perlu repot-repot keluar kamar, ada air panasnya

lagi. Begitu praktis, sehingga mengawasi anak-anak pun jadi lebih

mudah.

Rio dan teman-temannya begitu antusias, di kamar bilas mereka

mengganti pakaian dengan tergesa-gesa. Dan setelah selesai, mereka

semua langsung lari ke kolam tanpa tunggu-tunggu lagi. Setelah semua

anak-anak keluar menuju kolam, aku segera melepas pakaianku. Setelah

aku telanjang bulat, aku bergegas menuju shower, namun… astaga… aku

baru sadar kalau ternyata ada Bu Darsih di kamar bilas itu. Kulihat

Bu Darsih mesem-mesem (tersipu malu) sambil mencari-cari sesuatu

dari tasnya. Aku pun pura-pura bersikap biasa, seolah-olah telanjang

bulat di depan Bu Darsih merupakan hal yang lumrah bagiku, padahal

itu kulakukan untuk mengusir rasa malu.

Dengan sok berlagak tenang, aku menyuruh Bu Darsih untuk segera

ganti pakaian.

“Ayo.. Bu Darsih.. cepat ganti baju.. itu anak-anak nggak ada yang

ngejagain..”

Semua ucapanku itu betul-betul hanya bertujuan untuk mengusir rasa

malu karena sudah terlanjur telanjang, sementara itu kulihat Bu

Darsih terus saja mesem-mesem, dan ini mengundang perasaan aneh pada

diriku. Sebetulnya aku mengerti makna mesem-mesemnya Bu Darsih, aku

yakin kalau mesem-mesem- nya berkaitan erat dengan keadaanku yang

sedang telanjang ini.

“Forget it..!” kupikir sambil tetap telanjang bulat, akhirnya aku

langsung menuju battery untuk membasahi tubuhku, hal yang biasa

kulakukan sebelum berenang.

Saat berada di bawah kucuran shower, aku sempat memperhatikan Bu

Darsih saat sedang menanggalkan seragam babby sitternya yang

berwarna putih, dan masih saja sambil mesem-mesem. Mungkin dia pikir

buat apa malu-malu telanjang dihadapan majikannya ini, toh

majikannya saja tidak malu telanjang bulat dihadapannya, semua ini

membuat perasaan mesum mulai menjalari tubuhku. Selanjut pemandangan

di hadapanku menjadi semakin mendebarkan. Bu Darsih sambil terus

mesem-mesem sendiri mulai menanggalkan pakaian dalamnya, jantungku

berdebar keras, apalagi disaat dia melepaskan kait-kait BH-nya,

serta meloloskan tali-tali BH tersebut dari lengannya.

Belum pernah terbayangkan dalam pikiranku melihat Bu Darsih dalam

keadaan yang kulihat saat ini. Selama ini gairahku sama sekali tidak

pernah terusik oleh wanita paruh baya itu yang bertubuh besar dan

agak gembrot, serta mengenakan pakaian seragam putih. Namun

pemandangan di hadapanku kali ini sungguh-sungguh berbeda. Payudara

yang sungguh besar dan montok dengan puting payudara yang lebar

berwarna coklat gelap, menggantung di dadanya, begitu menggetarkan

kalbuku. Apalagi saat dia memelorotkan celana dalamnya, membuat

rambut lebat di kedua pangkal pahanya yang montok begitu jelas

terpandang, sungguh membuat darahku menjadi berdesir dengan

derasnya. Jantungku semakin berdetak tidak beraturan, dan tubuhku

gemetar menahan gairah yang kali ini terusik oleh pemandangan yang

sungguh benar-benar lain dari biasanya, serta tidak pernah

terbayangkan sebelumnya olehku.

Disaat Bu Darsih hendak mengenakan pakaian renangnya, secara refleks

aku langsung berkata kepadanya, “Ayoh… Bu Darsih.., mandi dulu…

supaya nggak keram di kolam.”

Sebetulnya, ucapanku hanyalah akal bulusku yang semata-mata hanya

agar aku dapat menikmati pemandangan tubuh bugil Bu Darsih lebih

lama lagi. Namun ternyata, `Pucuk dicinta ulam tiba’, Bu Darsih

batal mengenakan pakaian renangnya, dan melemparnya ke atas jok

empuk berkulit plastik yang ada di kamar bilas itu. Lantas sambil

terus mesem-mesem dan masih telanjang bulat, Bu Darsih melangkah

menuju shower. Aku sedikit menggeser posisi berdiriku di bawah

shower untuk memberi tempat bagi Bu Darsih.

Tubuh telanjangnya yang begitu montok dan besar, bergidik kedinginan

saat air yang memancar dari battery menerpa tubuhnya. Bu Darsih

mengusap-usap wajahnya yang terguyur air shower. Birahi yang sudah

menguasai diriku membuatku nekat menjamah payudaranya yang sangat

besar itu.., sungguh aku sangat gemetaran, takut kalau-kalau Bu

Darsih menolak untuk disentuh. Tetapi ternyata Bu Darsih hanya diam

saja saat aku mengusap-usap payudaranya. Hal ini membuatku nekat

untuk berlanjut menjamah kemaluannya. Disaat jemariku menyentuh

kemaluannya yang berambut lebat itu, dalam waktu yang hampir

bersamaan tangan Bu Darsih juga menjamah batang penisku yang tengah

tegang. Dia terus-terusan mengusap dan mengelus batang penisku.

Kupandangi wajah Bu Darsih, matanya menatap nakal dengan senyuman

bandel di bibirnya. Wanita paruh baya itu ternyata begitu

menggairahkan. Tanpa kuminta, Bu Darsih kemudian berjongkok di

hadapanku, dia segera mengulum dan menjilati batang penisku sampai

menimbulkan bunyi yang begitu khas. Keahliannya menyedot dan

mengulum batang penisku begitu luar biasa, membuatku tidak dapat

menahan diri lagi. Kutarik tangannya mengajak berdiri, lalu

menggiringnya menuju jok berkulit plastik di kamar bilas itu.

Kubimbing agar Bu Darsih duduk di jok empuk itu, dan tanpa kuminta,

Bu Darsih pun langsung membengkangkan kedua kakinya, sehingga

kemaluannya yang besar menantang di hadapanku. Tanpa buang-buang

waktu, aku langsung menyibakkan rambut lebat yang menutupi

vaginanya, sehingga kudapati bibir-bibir vagina yang tebal berwarna

hitam kecoklatan. Lendir putih mengalir dari bibir-bibir vagina yang

mulai merekah itu yang merupakan pertanda birahi luar biasa yang

telah menghinggapi dirinya.

Saat bibir-bibir vagina itu ku renggangkan, muncul klitoris sebesar

kacang tanah seperti menuntut untuk dijilati. Belum pernah kulihat

klitoris sebesar itu, juga bibir-bibir vagina yang begitu tebal,

mungkin karena badannya besar membuat klitoris-nya juga jadi besar

sesuai dengan ukuran badannya yang juga besar dan gemuk. Kujilati

klitoris itu dengan buas, membuat Bu Darsih mendesah keras, tubuhnya

menjadi kejang dan gemetar menahan kenikmatan itu, pinggulnya

terangkat menyambut jilatan lidahku pada vagina dan klitoris-nya.

Vaginanya menjadi semakin menganga lebar, membuat dinding vaginanya

yang merah menjadi jelas terlihat seperti menyampaikan kesiapannya

untuk menerima coblosan batang penisku.

Akhirnya, “Bleesss..!” kubenamkan batang penisku ke lubang vaginanya.

Terasa begitu sempit dan menggigit, mungkin akibat Bu Darsih yang

telah hampir 20 tahun menjanda, membuat otot-otot vaginanya kembali

menguat.

Tubuh kami berguncang-guncang dahsyat di atas jok itu saling

menekan, sementara batang penisku keluar masuk lubang vaginanya

menggesek dan menggaruk dinding-dinding vagina yang sudah begitu

gatal selama ini. Kujejalkan penisku lebih dalam lagi, Bu Darsih pun

menyambut dengan mendorong pinggulnya supaya penisku masuk ke tempat

yang batten dalam. Sementara itu jempol serta telunjukku memilin-

milin klitoris-nya, membuat Bu Darsih mengalami kenikmatan yang

sangat dahsyat, sampai-sampai matanya mendelik, sementara desahan

dan erangan keras silih berganti mengiringi orgasme yang

dirasakannya.

Spermaku menyembur deras di dalam lubang vagina Bu Darsih dan

membanjiri rahimnya. Tubuhku menggeletak lemas di atas tubuhnya

dengan batang penis yang masih terbenam di lubang vaginanya untuk

beberapa waktu. Saat kucabut batang penisku, Bu Darsih kembali

merenggut batang penisku dan memerasnya dengan begitu bernafsu,

sehingga sisa-sisa sperma yang telah bercampur lendir vaginanya

meleleh keluar dan langsung ditampung dengan lidahnya.

Setelah kejadian yang mengejutkan dan menegangkan itu, kami

melanjutkan acara berenang, sementara hubunganku dengan Bu Darsih

berjalan seperti biasa. Bu Darsih tetap bersikap sebagaimana aku

adalah majikannya. Hanya disaat istriku meleng, kami pun langsung

bergelut setubuh di atas ranjang tanpa malu-malu dan tanpa basa-

basi. Namun selain di ranjang, sikapnya terhadap diriku begitu wajar

seperti sediakala, bahkan meskipun istriku sedang tidak di rumah,

sikapnya tetap saja begitu wajar. Sama sekali tidak tercermin di

wajahnya maupun di sikapnya kalau wanita paruh baya itu sebetulnya

bandel dan sering bergelut senggama dengan diriku. Wajah cheat penuh

birahi, mata binal, senyum nakal dan kebuasannya hanya muncul saat

berada di atas ranjang. Setelah semuanya selesai, dan kenikmatan

telah direguk, sikapnya kembali wajar seperti sediakala.

5 komentar:

  1. ===============================


    nitip ya..siapa tau ada yang butuh. sukses selalu buat website bos
    --------------------------------------

    JUAL BOKEP JEPANG dan BARAT MURAH

    Jual Bokep Jepang & Barat Update Mingguan

    Video Bokep Kualitas Bening & Top!

    LEBIH DARI 1400 PAKET BOKEP BISA DIPILIH!!

    BOLEH BELI BOKEP PER JUDUL

    KLIK SINI - KLIK SINI - KLIK SINI



    http://bitly.com/jualbokepavmansion





    ----------------------------------

    BalasHapus