Kamis, 19 Agustus 2010

Comment Inbox

Comment Inbox

Gadis manis di saat ospek kampus

Gadis manis di saat ospek kampus

5 December 2009 Namaku Dian Ratnasari (nama samaran). Umur 23 tahun. Aku mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Asalku dari Jawa Timur, jadi niatnya cuma belajar di Bandung ini. Siapa tahu bisa jadi tukang insinyur. Aku tinggal di kawasan Dago, menempati sebuah rumah yang cukup luas milik keluarga pamanku. Rumah itu sepi dengan beberapa kamar kosong. Hanya ada aku, seorang pembantu yang cukup tua dan dua ekor anjing peliharaanku serta beberapa ikan di dalam akuarium di sudut ruang tamuku. Keluarga pamanku tinggal di Inggris, karena tugas belajar yang harus ia lakukan.

Berawal dari inisiasi dan orientasi kampus yang dilakukan kakak-kakak tingkatanku, aku berkenalan dengan seorang teman gadis bernama Santi. Gadis yang manis, dengan tinggi sekitar 160 cm, berkulit kuning langsat. Waktu itu, aku sangat kasihan kalau melihat ia menerima hukuman yang menurutku sangat dibuat-buat oleh seniorku. Disuruh mencium-lah, meraba, dan push-up di bawah mereka. Akh... sialan, seribu topan badai! Aku sungguh tidak terima dan biasa gaya sok jagoanku muncul. Kudekati seniorku dan kuhajar dengan beberapa jurus perkenalan dariku. Yah, gini-gini aku cukup menguasai karate dan pencak silat, menyerang dan bertahan, dua hal yang sangat kusenangi. Maklumlah aku suka berkelahi dari kecil.

Beberapa senior pun mulai mengeroyokku. Sambil tentu saja, terjatuh-jatuh menerima tendangan dan libatan tanganku. Apa hendak dikata salah satu senior, yah mungkin ia termasuk pimpinan mahasiswa di kampusku melerai kami dan memberi hukuman pada kami semua. Lari-lari mengitari kampus sambil menyanyi dan menari, dasar!

But never mind, yang terpenting gadis manis itu tidak lagi digoda dan diganggu. Mungkin mereka malu atau takut kalau selesai masa yang harus dilalui mahasiswa baru ini bakal ketemu aku dan bisa benar-benar kuhajar mereka. Bagaimanapun yang lemah harus dibela.

Seminggu kemuRatna, baru kutahu gadis itu satu kelas denganku dan kami pun berkenalan."Hai..., terima kasih yah kemarin kamu menolongku. Gara-gara aku, kamu jadi kena masalah deh." Hey dia menyapaku duluan."Ah ndak kok, itu sih urusan kecil buatku", sambil tersenyum kusapa balik."Oh, yah kita belum berkenalan kemarin, nama kamu siapa?" Aku bertanya seolah aku belum tahu namanya. Hi.. hi.. padahal aku sudah tahu namanya dari senior-seniorku.

"Santi, kamu?" Duh mak, nih gadis benar-benar manis sekali, senyumnya aah..., apalagi matanya, bulat dengan alis yang tertata rapi berwarna hitam, serasi sekali

"Hey... kamu kenapa?" Duh ketahuan kalau lagi terpana. Eh, nih anak pakaian dan celananya seksi and ketat sekali, mengundang perhatian cowok, pikirku. Beda sekali denganku, celana jeans belel dengan kemeja panjang kedodoran, potongan rambut pendek cepak dan memakai jam tangan yang besar. Pokoknya aku senang seperti ini, dulu aku terkenal cool di antara teman-teman cowok SMU-ku di Malang.

"Ah.. yah.. namaku Ratna, lengkapnya Dian Ratnasari. Tapi kamu boleh panggil aku apa saja, tapi Ratna lebih nikmat kedengarannya, he.. he.. he." Jadi grogi juga nih.

"Hmm.., kamu tinggal di mana?" tanyaku, siapa tahu kan nanti dia lebih rajin punya catatan, kan bisa kupinjam. Dasar otak nakal dan pemalas. Aku heran juga, dari kecil aku tidak suka belajar tapi aku bisa dengan mudah menerima apa pun dalam otakku. Bukannya sombong tapi yah.., cuma begitu saja.

Tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri, ketika ia menegurku, "Ian, kamu duduk di sebelahku yah", pintanya. Aku hanya manggut-manggut saja mengiyakan sambil terus berjalan menuju kelas kami."Eh, kamu ini lucu juga yah, dari tadi senyum-senyum sendiri hihihi", ia tertawa kecil. Duh maak manisnya temanku ini.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar kegaduhan kecil, ternyata segerombolan cowok-cowok mengganggu dan mempermainkan salah seorang teman kami yang lebih kecil ukurannya dari mereka, mungkin sekitar 155 cm. Oh, yah aku sendiri 172 cm dan beratku 60 kg. Cukup tinggi besar untuk ukuran cewek kali, yah?

Lagi-lagi aku belagak nih, padahal memang tanganku gatal ingin meninju orang, habis sedang gregetan nih sama Santi. Kusambar salah satu cowok dan tendanganku sangat tepat bersarang di bawah perutnya, yah si-xxx, tahu temannya menjerit, mereka berhenti dan memandangku. Ada kemarahan di wajah mereka, namun aku tidak tahu kenapa, mereka langsung ngeloyor pergi sambil membantu temannya berjalan. Akh, aku puas juga. Sejak saat itu, aku cukup disegani di kampusku, mungkin juga mereka telah membaca biodataku di buku tahunan.

Kembali menjajari Santi, aku bertanya lagi, "Eh, di mana rumah kamu?".Dia tersenyum, "Kamu masih inget dengan pertanyaanmu setelah berkelahi barusan?", berkata begitu, tangannya menempel di pundakku dan turun menggandeng tanganku."Yah, sekali lagi, itu hal kecil buatku, habisnya mereka seenaknya mengganggu orang lain", gumamku sambil menikmati sentuhan alami lengan dan jari-jari kami yang saling mengait."Ah, sudahlah, jangan dibicarakan lagi".Bosan juga aku, kan aku pingin tahu tentang anak satu ini eh, malah melenceng dari pokoknya.

"Aku tinggal di Taman Sari", jawabnya. Akhirnya meluncur juga jawabannya."Tinggal dengan siapa?", tanyaku agak bingung, maklum sendirian sih aku."Kost, ama teman-teman juga.., banyak kok", Ia menjawab sambil memilih tempat duduk untuk kami berdua. Ok, di pojok belakang, jadi aku bisa tidur nih."hh, boleh main nih, aku bosan sendirian di rumah", timpalku."Aksen kamu sepertinya bukan dari sini, kalau aku dari sekitar sini juga sih, kamu bukan orang sini, kan?", Ia balik bertanya padaku. "Iyah, aku bukan orang sini, tapi aku tinggal di rumah pamanku, sekalian jaga rumahnya."

Kuliah pertamaku dimulai, akh bosan rasanya. Tanpa sengaja tanganku merangkul kursi sebelah dan menempel di punggung Santi. Antara sadar dan tidak, maklum mengantuk, aku seperti merasakan gesekan halus di tangan kananku. Jantungku berdesir dan mulai berdegup kencang.

Kutengok, ternyata punggungnya benar-benar ia gesekkan ke tangan kananku hingga jamku pun tertarik ke atas-bawah, ke kanan-kiri, akhh aku mulai menikmati permainan ini. Bibirnya terbuka sedikit, ia menengadah dan lehernya yang jenjang kulihat sangat menantangku. Akh, aku ingin mengecupnya, duh aku bergetar. Ada apa ini?

Aku duduk dengan gelisah, akh dia mempermainkan nafsuku. Aduh bisa pening aku dibuatnya. Aku berdoa, semoga kuliah ini cepat selesai. Dengan sedikit keberanianku, Iih.., aku takut kalau ketahuan teman lain. Telapak tangan kananku mulai meraba dan meremas bahu dan terus turun ke punggung, pinggang, dan berhenti di antara dua kantong saku di belakang jeansnya. Ia mulai menggoyang pantatnya, geser depan-belakang, kanan-kiri. Kuremas salah satu pantatnya yang muat juga di tanganku. Hehehe ternyata cukup kecil, tapi kenyal, dan enaak sekali. Nafasku pun memburu dengan cepat. Akhh lamanya kuliah ini.

Akhirnya, kuliah selesai juga. Permainan kami pun berhenti. Aku tersenyum dan ia pun membalas senyumku dan mengajakku ke belakang (toilet wanita). Duh, gila juga Santi, apa orang sini berani-berani yah. Tanpa ba-bi-bu kuikuti langkahnya dan pokoknya kami sudah ada di dalam. Cukup sepi, karena terhitung masih pagi, belum ada yang ke belakang. Aku bersyukur juga. Lagian yang namanya makhluk berjenis kelamin perempuan tidak begitu banyak. Aku pikir-pikir cukuplah bermain 15 menit.

Aku duduk di closet dan dia kupangku. Kepalanya tepat di hadapanku. Kami hanya berjarak berapa inchi saja. Nafasnya yang hangat menyapu wajahku. Hidungnya yang agak mancung, ia gesek-gesekkan di hidungku, ih geli juga. Aku tidak tahan.

"Hey, I can lift you", sambil tersenyum ia berkata."Aku cuman 48 kok, San", sambil melingkarkan lengannya di leherku. Kugendong ia dan aku duduk kembali. Ia tertawa lirih.

Tanganku terus meraba paha, terus ke belakang, meremas pantatnya ke atas menelusuri pinggang dan mulai menyelusup di balik kaus ketatnya, tiap gunung kembar itu teraba olehku nampak kausnya bertambah padat dan ia busungkan dadanya sambil menggeliat menahan nafsu birahinya, duh menempel di punyaku, menekan dan, "Terus.., lagi.., dan..." Aku tak sabar, kubuka kaus ketatnya dan gila, Santi benar-benar berbody indah, aku merasa yang di bawah mulai berdenyut-denyut. Bra-nya yang putih kecil, seakan tak mampu menutupinya, kubuka sekalian, dan nampaklah gunung itu atau bisa dikata bukit sajalah. Kecil dan menantang, kuelus dan kujilati, akh harum, keringatnya mulai keluar satu-satu agak asin. Akh, aku semakin gila. Kuremas pantatnya, kutekan ke selangkanganku, akh ia meremas rambutku dan menekan kepalaku tepat di belahan itu. Akhh! ia mulai menjepit kepalaku, akhh aku hampir tak bisa bernafas. Gila kencang sekali mainnya! Kecil-kecil cabe rawit. Duh, nafasku sesak nih. Sambil terus kutekan pantatnya ke perutku.

Akh, lepas juga kepalaku setelah itu ia menjerit pelan, kaget juga aku, kenapa dia? Baru sekali ini aku melakukan permainan kait-mengait. Apalagi dengan seorang gadis. Eeh, apa dia masih gadis? Entar kutanya, tapi mataku sempat melirik jam tanganku dan aku mengerti permainan ini harus ditunda, ada kuliah lagi.

Kukecup lembut dan lidahku masih ingin melumat kedua bukit itu, kupasang kembali bra dan kaus ketatnya."Entar lagi, yah", kataku, ia tersenyum."Makasih, Yan".Kutepuk-tepuk pantatnya dan segera kuputuskan."San.., kamu mau pindah ke rumahku?", tanpa pikir panjang juga ia mengangguk. Kuturunkan dia dan aku merasa CD-ku seperti lembab dan lengket.

"San, entar dulu yah", sambil kubuka retsluiting celanaku dan kuraba yang di balik CD-ku yaitu selangkanganku. Jariku basah seperti ada jelly. Ada apa nih? Seketika kubuka agak lebar dan aku melongok untuk melihatnya lebih jelas. Santi meraih jariku yang basah dan menghirup serta menjilatinya, "Enak, asin, gurih, harum selangit!" terpana aku melihat mulutnya yang bergetar ketika menggumamkan kata-kata itu.

Tangannya menuntunku memasuki celana ketatnya dan terus ke bawah dan di balik CD-nya, basah juga. Kenapa kami, yah? Bingung juga yah aku waktu itu. Hehehe, aku mulai menyukai permainan ini. Telapak tanganku ternyata cukup menutupi selangkangannya, ia gesek-gesekkan dan aku mulai menekan kemaluannya, jari tengahku mulai bermain-main kesana-kemari. Kembali Santi menggeliat dan mengerang lirih. Duh, apa toilet ini memang kosong yah? Gila juga nih anak, pakai acara mengerang segala apalagi pakai menjerit.

Eh, seakan ia tahu apa yang kupikir, ia berhenti dan hanya menggigit bibirnya. Aku tidak tahan, kulumat lagi bibirnya dan kubuka pelan dengan mulutku, dan kami berpagutan lagi. Lidahku dan lidahnya berkaitan dan lama. Matanya terpejam dan akh.., aku menemukan daging kecil di dalam, jariku menerobos dan mulai masuk sedikit.

Tiba-tiba meluncur pertanyaan di otakku, refleks kukatakan padanya, "San, kamu pernah melakukan beginian?".Ia menjawab pelan, "Belum, Yan.., baru sama kamu.""Jadi kamu masih gadis, masih punya selaput?", kataku."Iya, masih. Pelan aja Yan entar sakit.""Maaf, San. Lebih baik nggak sekarang, ada kuliah kan."

Kulihat Santi kecewa, tapi demi amannya saja sih, padahal sungguh aku bodoh sekali pelajaran biologi, jadi aku tidak tahu berapa jarak selaput itu dari luar vagina. Kutarik jariku dan ia pun menjilatinya sampai bersih. Ok, entar lagi. Nikmat juga jilatannya.

Singkat cerita, Santi pindah ke rumah tinggalku dan dia tak mau beda kamar. Inginnya satu kamar denganku. Yah, tidak apa-apa sih, lumayan ada yang menemani. Aku memiliki kebiasaan bermain gitar di sore hari, karena hanya gitar yang bisa kumainkan. Kini tiap kali aku mainkan senar gitar Santi selalu menyanyi merdu hanya untukku seorang. Terkadang aku duduk di kursi malas beranda luar menghadap taman dalam. Santi datang dan duduk mengangkangi kedua kakiku. Ia suka sekali memakai daster pendek di atas lutut dengan CD yang terlihat bila angin bertiup agak kencang atau ketika ia mengangkat kakinya. Pokoknya hal-hal mudah seperti itu sudah cukup merangsang nafsuku. Apalagi bila malam tiba, Santi memakai kimono sutra yang sekali talinya kubuka, nampaklah semuanya.

Tiap malam ia membuatkan aku susu kegemaranku. Saat aku asyik duduk di komputer sedang online atau mengerjakan tugas, Santi menghampiriku dan menempel di punggungku. Hal ini sangat kusukai dan Santi tahu itu. Aku merasakan lekukan bibir kemaluannya, bukitnya dan ia menempelkannya, merenggangkannya akhh.., mengaduk-aduk emosiku. Segera aku membalikkan badanku. Kurengkuh tubuhnya dan kukempit kakinya dengan kedua pahaku yang kuat, kadang Santi meronta dan aku pun melepaskannya, biasa kami berlarian seperti dua orang kakak beradik bermain kejar dan tangkap. Aku sungguh menyukai permainan ini. Kadang Santi tiba-tiba mengerem dan membalikkan tubuhnya dan tentu saja aku menubruknya dan jatuh bersama bergulingan saling menindih. Nafas kami yang tak beraturan karena berlari-lari saling memburu dengan kecupan-kecupan yang semakin menambah ketidakberaturannya nafas kami. Buah dada kami saling menggesek dan, "Berat ah.. Yan", aku lalu dengan sigap ganti posisi di bawah, dan ia menyeringai puas karena Santi sangat tahu aku sangat menyayanginya dan tidak mau ia merasa sakit atau apapun. Dan mau tahu apa yang ia lakukan tiap itu terjadi? Santi mengambil susu itu dan menuangkannya di vaginanya dan aku menjilatinya hingga kepuasan yang amat sangat pada kami berdua. Coba saja deh atau kalau siang bisa saja pakai es sirup, dengan dingin yang mengalir pelan rasakan.

Kami saling menjaga, menyayangi, dan berusaha memberikan kepuasan. Namun pernah suatu ketika ia sakit demam, duh aku bingung sekali. Kukompres ia kalau panas dan kuselimuti ia sewaktu dingin menyerangnya. Tapi ia tak mau selimut, ia mau tubuhku menyelimutinya dan sekali lagi ia sangat tahu kalau aku benar-benar hanya bertindak sebagai penghangat tubuhnya dengan kekhawatiran di wajahku yang sangat dihafalnya. Santi sangat menyukai sikapku yang melindungi dan menyayanginya. Sikap yang dapat membedakan kapan bermain dan kapan harus menjaga dan merawat.

Santi sangat akrab dengan keluargaku, begitu juga aku. Keluarganya dan keluargaku telah saling mengenal dan tidak mempermasalahkan hubungan kami. Aku bungsu dari empat bersaudara, kupunya 1 orang kakak laki-laki dan 2 kakak perempuan sedangkan Santi sulung dari tiga bersaudara, 1 orang adik perempuan dan 1 orang adik laki-laki. Kemana pun kami selalu berdua, ke supermarket beli bahan kebutuhan sehari-hari, ke mall untuk cari pakaian atau keperluan lain, ke toko-toko buku, ke bioskop buat nonton, dan lain-lain kecuali kalau aku dan ia sedang memiliki aktivitas yang berbeda. Aku senang berorganisasi dan berolah raga sedangkan ia suka melukis dan bermain musik.

Dini hari saat fajar tiba, sambil tidur aku selalu merasakan sesuatu yang berdenyut di bawah dan refleks aku menempel lekat ke tubuhnya, entah itu punggung dengan sentuhan pantat hangatnya atau langsung perut dengan bukit kembar dan selangkangan yang mengaitku. Santi mengerti kebiasaanku di setiap fajar dini hari dan kami pun saling menggesek.

Sekali merengkuh tubuhnya, ia jatuh menindihku dan berbaring tiduran di tubuhku. Enak katanya, merasakan pelukanku yang hangat, maklum kota ini lumayan dingin. Pokoknya kami melakukan itu kapan saja. Tidak ada bosan-bosannya, soalnya kami mulai ahli sih. Kami mengubah posisi setiap kali mulai bosan dan yahud juga!

Aku mulai mengerti apa yang namanya liang garba itu. Wah, indah sekali, berapa jarak selaputnya, apa itu clitoris, dan perlu dicatat, sampai kini selaput itu belum robek. Aku tidak mau kalau ia sakit, jadi mulutku hanya mengecup, mengulum dan lidahku menjilati agak ke dalam. Ia sangat menyenangi posisi di atas dan aku di bawah. Terkadang aku bertahan cukup lama, kasihan Santi sudah 2-3 kali keluar baru aku keluar. Kalau aku tentu saja suka posisi kaki saling mengait dan selangkangan kami saling menempel dan bergesek semakin kencang, jadi kami bisa orgasme bersama. Tahu kan caranya. Begini, kuangkat kaki kirinya, kuselipkan kaki kiriku, dan kedua kaki kami saling membelit. Posisi ini menyebabkan cairan kental dari kedua kemaluan kami yang keluar bersamaan bercampur dan euunaak sekali. Kadang dengan cara ini Santi sudah sangat kewalahan mengatur nafas, memekik dan menggeliat kencang, tempat tidurku pun berantakan tiap kali kami main di kamar. Perlu dicatat, selesai permainan dan mandi, tempat tidurku kembali sangat rapi karena Santi orang yang sangat rajin dan menjaga kebersihan. Tidak sepertiku, ceroboh.

Kalau di dapur saat ia memasak aku merengkuhnya dan mengecup lembut lehernya serasa kami sepasang suami istri selayaknya, mendudukkannya di meja dan biasa aku rentangkan kedua paha itu dan mulai mencumbuinya, kubuka celanaku dan kugesekkan CD-ku ke CD-nya. Enak lho. Kalau kami bermain di kamar mandi, yah seperti dua anak kecil yang berteriak-teriak kegirangan saling menyiram tempat-tempat sensitif yang sudah sangat kami hapal sambil menciumi tempat-tempat itu. Bath-up yang sudah mulai terisi dengan busa sabun kuoleskan ke seluruh tubuhnya, terutama di-xxx-nya, pelan karena aku takut kalau ada apa-apa. Santi senang sekali telentang di atas tubuhku, "Nyaman, Yan?" katanya sambil mencari di mana pinggangku. Kupeluk erat ia, kurasakan gunungku menekan punggungnya dan satu hal aku nggak senang posisi ketika ia membalikkan badannya tepat ke arahku (di bath-up). Pernah ia coba dan aku tidak enjoy melihat kesulitannya mencumbuiku.

Permainan di beranda pun kami buat berbeda, seperti sepasang kekasih yang tenang saling membelai dan menata taman sambil tiduran di luar, kami sangat menikmati tidur di atas rumput yang lembut. Cuma kadang aku sangat risih melihat semut. Jadi kami nggak begitu memaksakan diri tiduran di taman. Atau aku cemburu dan takut sama semut, kalau-kalau semut itu memasuki area xxx dan menggigit vagina kekasihku. Akhh kan kasihan Santi hanya bisa meringis kesakitan. Nah, kalau yang ini, di tempat tidur kami seperti dua orang gila yang selalu tergila-gila. Banyak posisi yang kami lakukan, pasti kalau dapat dengan alami melakukanya. Intinya cuma satu, ikuti kata hati, kalau mau stop ya stop, mau nge-sun, sun saja, mau membelai, belai aja, kalau mau maju yah maju, kalau mau ganti yah ganti posisi, begitu saja, sepele. Dan seperti telah menjadi suatu kewajiban bagi Santi untuk selalu membersihkan punyaku dan aku begitu juga, menjilati dan saling menghangati kedua vagina kami dengan telapak tangan yang saling kami selipkan di antara kedua paha kami dan hehehehe. Hangat kan, coba deh.

Pernah suatu ketika aku berkonsultasi ke seorang ahli dan beliaunya menjawab kalau aku sebenarnya termasuk transexsual, berjiwa dan bertingkah laku laki-laki namun tubuh wanita, jadinya setengah-setengah dengan hormon yang lebih banyak jenis laki-laki. Yang umum sih salah satu lebih besar dan mengikuti hormon kelaminnya. Kalau aku mau, kata beliaunya bisa saja bedah kelamin. Tapi biaya yang dikeluarkan pun sangat besar. Yah, sudahlah aku seperti ini saja. Dan selama ini Santi selalu mendampingiku entah sampai kapan. Sudah dua tahun ini aku nyambi bekerja di kontraktor dan aku menikmatinya. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku sebenarnya sanggup menghidupi kami berdua dengan 3 orang sekaligus, misalnya. Mungkin selesai kuliah ini, selesai semuanya. Aku pernah tanyakan kepadanya dan ia hanya tersenyum saja. Ia berkata "Yan, jangan pikir sekarang, apa yang terjadi besok adalah misteri bagi kita semua, kecuali hal-hal yang telah kita persiapkan", dan kalian tahu sampai saat ini aku belum tahu apa maksud dari perkataannya.

TAMAT

pesta sex membuatku ketagihan

pesta sex membuatku ketagihan

4 December 2009 terima kasih kepada rekan-rekan yang telah mengirimkan tanggapannya, baik yang berisi penilaian positif maupun negatif. Juga perlu saya jelaskan sekali lagi bahwa cerita yang dibuat semuanya berdasar pada cerita nyata saya, maupun teman serta sahabat-sahabat saya.

Adapula yang saya ambil dari kisah nyata beberapa responden yang saya nilai baik untuk diceritakan karena ada kejelasan sifat dan karakter dari responden tersebut. Mudah-mudahan keterangan saya ini bisa menjawab beberapa email yang menanyakan benar atau tidaknya cerita yang saya ceritakan tersebut terjadi.

Berikut akan saya ceritakan pengalaman pertama saya dalam orgy sex. Peristiwa ini baru terjadi beberapa hari kebelakang, tepatnya tanggal 22 September 2004. Kecuali nama saya, saya samarkan nama-nama yang ada dalam cerita ini.

*****

22 september 2004, pukul 15.25, suasana di kantor mulai terlihat menurun aktifitasnya. Beberapa staff dan karyawan lain ada yang mengobrol untuk menghabiskan waktu. Harry dan Leo, teman kerja dari Divisi Marketing, tiba-tiba datang ke ruangan kerja saya.

"Hei, Roy! Sibuk nggak?" tanya Harry kepada saya."Tidak. Ada apa?" kata saya sambil membereskan beberapa berkas kerjaan saya yang sudah selesai."Kamu ada waktu nggak nanti sore lepas kerja?" tanya Harry sambil mendekat."Memangnya ada apa, sih?" tanya saya sambil menatap Harry dan Leo bergantian.

Mereka saling pandang lalu tersenyum.

"Nanti sore kami ada acara khusus dengan 3 kolega bisnis..." kata Leo sambil tersenyum."Karena kami kurang satu orang, maka kami ajak kamu..." sambung Leo lagi.

Saya mengerenyitkan alis karena belum mengerti maksud mereka.

"Siapa mereka? Acara khusus apa?" tanya saya."Pokoknya kamu ikut saja deh. Dijamin puas..." kata Leo sambil menatap Harry.

Lalu mereka berdua tertawa. Saya juga ikut tertawa walau tidak mengerti apa-apa.

"Mana bisa menentukan sesuatu kalau saya tidak tahu apa yang akan dilakukan?" tanya saya."Kami ada janji bertemu dengan 3 orang staff Marketing Carrefour untuk memperlancar bisnis..." bisik Harry ke telinga saya."Lalu apa urusannya dengan saya?" tanya saya lagi."Mereka semua wanita, Roy.. Masa sih nggak ngerti juga?" kata Harry.

Saya mulai bisa menangkap arah pembicaraan mereka.

"Maksudnya acara khusus itu apa?" tanya saya lagi."Begini, Roy..." kata Leo."Ini bukan kali pertama kami have fun dengan mereka.. Ngerti, nggak?!" tegas Leo sambil tersenyum menatap saya.

Saya mengerti maksud mereka.

"Ngerti..." kata saya sambil tersenyum."Jam berapa? Dimana?" tanya saya."Ketemu mereka jam 7 di hotel Senen," kata Harry."Baiklah, saya ikut..." kata saya.

Akhirnya kami bertiga tersenyum penuh arti. Setelah beralasan ada pertemuan bisnis kepada istri, saya dan Harry serta Leo segera meluncur ke hotel Senen menjelang jam 7. Disana, sekitar jam 6.45, kami bertemu dengan 3 wanita relasi bisnis Harry dan Leo. Saya dikenalkan kepada mereka. Mereka adalah Henny, 25 tahun, singel, Rita, 29 tahun, menikah, dan Shelly, 23 tahun, singel. Penampilan ketiga wanita tersebut sangat menarik sebagai wanita karier. Kecuali Rita yang agak gemuk, penampilan mereka sangat ramping dan sedap dipandang lengkap dengan dandanannya.

"Kita makan malam dulu atau bagaimana, nih?" tanya Leo."Tidak usahlah, kami sudah banyak ngemil tadi di kantor," kata Shelly sambil tersenyum ke arah saya.

Saya balas senyum. Akhirnya setelah booking satu ruangan, kami segera masuk. Terus terang saja waktu itu saya sangat bingung harus bagaimana karena saya sama sekali belum pernah melakukan hal seperti ini. Saya banyak diam jadinya.

"Sudah berapa kali ikut, Roy?" tanya Shelly sambil duduk merapat kepada saya."Ini pertama kali," kata saya sejujurnya sambil tersenyum.

Shellypun tersenyum manis. Waktu itu saya lihat Harry dan Rita sudah mulai berciuman di kursi. Tangan mereka sama-sama aktif saling mengelus, mengusap dan meremas tubuh pasangannya. Sedangkan Leo dan Henny terlihat saling membuka pakaian masing-masing di atas tempat tidur besar. Setelah benar-benar telanjang bulat mereka langsung berguling berpelukan sambil tangan mereka bergerak bebas di tubuh pasangannya. Melihat hal itu, ****** saya mulai bangkit. Benar-benar pemandangan yang membuat kelelakian saya tergugah.

"Kok diam saja sih, Roy..?" kata Shelly sambil naik ke pangkuan saya.

Dengan tanpa ragu, mungkin sudah terbiasa, Shelly langsung melumat bibir saya dengan panas. Sementara tangannya bergerak membuka semua kancing baju saya. Sayapun membalas ciuman Shelly dengan panas pula. Tangan saya mulai meremas buah dada lalu membuka semua kancing kemeja Shelly. Tak tanggung, BH-nya juga segera saya buka.

"Mmhh.. Mmhh..." desah Shelly disela-sela kami berciuman ketika tangan saya meremas buah dada dan memainkan puting susunya.

Tak lama Shelly langsung turun dari pangkuan saya. Dibukanya rok mini dan celana dalam mini yang dia pakai. Sayapun demikian. Saya buka seluruh pakaian sampai kami sama-sama telanjang. Shelly langsung memeluk saya dan kembali mencium bibir saya dengan panas sambil tangannya meremas dan mengocok pelan ****** saya. Rasanya sangat enak.. Sayapun balas ciuman Shelly sambil meremas pantat kenyalnya. ****** saya sesekali menusuk perut langsingnya.

Ciuman Shelly lalu turun ke dada saya, dijilat dan digigit kecil puting susu saya, lalu lidahnya makin turun ke perut. Lidahnya berhenti ketika menyentuh bulu kemaluan saya yang agak lebat. Tangannya tetap mengocok pelan ****** sambil menatap mata saya. Kemudian ketika mulut Shelly mengulum, menjilat dan menghisap ****** saya, terasa sangat hangat dan nikmat yang tak bisa dikatakan seperti apa. Apalagi ketika sesekali Shelly melepas hisapannya lalu mengocok ****** saya dengan keras, lalu menghisapnya lagi.. Rasa nikmatnya benar-benar tak bisa saya ungkapkan. Saya hanya bisa terpejam dan memompa ****** saya keluar masuk mulut hangat Shelly.

"Gantian dong, Roy..." kata Shelly sambil bangkit lalu memeluk dan melumat bibir saya. Saya mengangguk."Dimana?" tanya saya."Di ranjang saja..." kata Shelly sambil tangannya menarik tangan saya ke ranjang.

Saat itu Leo sedang menyetubuhi Henny. Shelly segera telentang di samping tubuh Henny, sayapun langsung membuka pahanya lalu lidah saya bermain menjilati semua sudut memek Shelly yang bersih tak berbau. Desahan dan erangan serta geliat tubuh Shelly sangat jelas ketika menikmati nikmatnya dijilat memek. Sesekali tangannya meremas rambut saya lalu mendesakkan kepala saya ke memeknya..

"Cepat naik, Roy.. Setubuhi saya!" pinta Shelly dengan nada bergetar.

Sayapun lalu bangkit dan segera memasukkan ****** ke memek Shelly yang sudah sangat basah sehingga memudahkan masuknya ******. Tak lama saya dan Shelly sudah bermandi peluh dihiasi dengan desah dan erangan kenikmatan yang keluar dari mulut kami seiring dengan keluar masuknya ****** saya di memek Shelly. Ada suatu hal yang lebih memanaskan suasana ketika saya asyik menyetubuhi Shelly entah sudah berapa posisi, tiba-tiba Henny yang sedang disetubuhi Leo disamping kami, tangannya memegang pundak saya lalu menarik leher agar mendekati wajahnya, kemudian dilumatnya bibir saya habis. Saya membalas ciumannya sambil tetap menyetubuhi Shelly. Sedangkan tangan saya satu meremas buah dada Henny yang sedang asyik disetubuhi Leo. Hal ini tambah memberikan suatu energi buat saya untuk memacu birahi.

"Roy, gantian..!" tiba-tiba Leo menepuk pundak saya sambil melepas kontolnya dari memek Henny.

Tanpa banyak cakap sayapun mencabut ****** saya dari memek Shelly. Tak lama Leo sudah mulai menyetubuhi Shelly. Ketika saya mau mengangkangi tubuh Henny, tiba-tiba Henny bangkit lalu meraih ****** saya yang masih basah oleh cairan memek Shelly. Dikocoknya ****** saya lalu mulutnya yang agak tebal menghisap dan menjilat ****** saya.

Di sudut terlihat Harry sedang memompa kontolnya di anus Rita. Rita terpejam entah merasakan apa. Harry terpejam sambil terus memompa kontolnya dengan cepat, sampai akhirnya terlihat Harry mencabut kontolnya dari anus Rita lalu tampak air mani Harry muncrat di pantat Rita. Harry terkulai lemas sambil memeluk Rita dari belakang di atas kursi.

"Ohh.. Fuck!! Ohh," terdengar teriakan lirih Shelly ketika mendapat kenikmatan ketika ****** Leo keluar masuk memeknya."Masukkin sini, Roy..." pinta Henny sambil merebahkan dirinya menyamping.

Jarinya dimasukkan ke lubang anusnya. Sejenak saya hanya diam, ragu karena tidak pernah melakukannya. Tapi dorongan nafsu yang kuat akhirnya menghilangkan keraguan saya itu. Saya ludahi tangan lalu dioleskan ke kepala dan batang ****** saya agar licin. Lalu secara perlahan saya susupkan kepala ****** saya ke lubang anus Henny. Mata Henny terpejam sambil memegang batang ****** saya. Lama-lama kepala ****** saya masuk ke anusnya, lalu perlahan saya tekan lebih dalam lagi sampai akhirnya tigaperempat bagian batang ****** saya masuk anusnya. Perlahan saya keluar masukan ****** di anus Henny. Mulanya tampak Henny menggigit bibir, tapi lama-lama matanya terpejam dan terdengar desahan kenikmatan.

"Ohh.. Sshh..." desah Henny sambil menggoyang pantatnya.

Wahh..!! Merupakan suatu pengalaman yang luar biasa.. Saya merasakan rasa nikmat yang sangat luar biasa ketika anus Henny dengan sangat ketat menjepit ketika saya memompa ****** di anusnya. Sementara Hennypun tampak menikmati posisi seperti ini. Sewaktu saya masih merasakan nikmatnya ****** keluar masuk anus Henny, terdengar Leo mengerang sewaktu air maninya menyembur di dalam memek Shelly.

"Jangan dulu dicabut, Leo! Aku juga mau keluar!" kata Shelly dengan suara serak tertahan. Pinggulnya bergoyang cepat sambil mendesakkan memeknya ke ****** Leo agar masuk lebih dalam.

Tak lama, "Ohh.. Fuck! Fuck! Mmhh..." erang Shelly mencapai orgasme.

Tubuh lunglai Leo ambruk memeluk tubuh Shelly. Sementara saya terus memompa ****** di lubang anus Henny. Desahan dan erangan nikmat kami terus terdengar. Sampai saatnya saya merasakan ada dorongan yang ingin keluar dari ****** saya. Saya pompa ****** saya makin keras.

"Saya mau keluar..." kata saya sambil mata terpejam.

Saya tekan ****** saya dalam-dalam sampai hampir masuk semua ke dalam anus Henny. Lalu, croott! Croott! Croott! Air mani saya keluar banyak di dalam anus Henny. ****** saya terasa makin hangat di dalamnya. Henny tersenyum.

"Bagaimana rasanya?" tanya Henny dengan senyum yang menghiasi wajahnya."Wahh.. Enak sekali..." kata saya sambil mencabut ****** saya perlahan.

Tampak air mani saya banyak menempel di batang ****** saya, lalu tampak pula air mani yang keluar dari lubang anusnya. Henny bangkit lalu meraih sprei dan mengelap air mani di anus dia serta ****** saya. Malam itu kami melakukan dua kali persetubuhan dengan berganti pasangan. Hanya sekitar 3 jam kami menikmati malam itu.

Setelah berpakaian, saya bertukar kartu nama dengan mereka. Lalu kami pulang. Entah kapan lagi bisa ada ajakan khusus seperti itu lagi..

*****

Wahh..!! Malam itu benar-benar pengalaman pertama saya yang sangat penuh sensasi. Bersetubuh ramai-ramai sambil ganti-ganti pasangan benar-benar membuat gairah seksual saya terdongkrak dan bangkit beberapa kali lipat dari biasanya. Apalagi ditambah dengan anal seks yang baru pertama kali saya lakukan. Nikmatnya benar-benar lebih dari aktifitas seks biasa. Saya tidak ada kata-kata untuk menggambarkannya.


om heru, aku ketagihan nih

om heru, aku ketagihan nih

4 December 2009 Aku adalah seorang gadis lajang. Saat ini usiaku 24 tahun, anak ke-5 dari 5 bersaudara yang semuanya perempuan. Dengan tinggi badan 168 dengan berat tubuh 56 membuat orang menganggapku sebagai gadis yang seksi dan menggiurkan. Apalagi aku selalu menjaga kebugaran tubuhku dengan berlatih fitness secara rutin. Orang bilang wajahku cantik. Padahal aku merasa biasa saja. Mungkin ini karena kulitku yang putih dan mulus. Rambutku hitam lurus sebahu. Sebut saja namaku Anna. Aku saat ini sudah sarjana teknik (kata Bang Doel "Tukang Insinyur".. Ha.. Ha.. Ha).

Suatu hari tiga tahun yang lalu (entah hari apa aku lupa) saat itu aku sedang tidak kuliah jadi aku sendirian di rumah. Bokap dan Nyokap seperti biasa ngantor dan baru sampai di rumah setelah jam 07.00 malam. Kakak-kakakku yang semuanya sudah menikah tinggal di rumah-masing-masing yang tersebar di Jakarta dan Bandung, jadi praktis tinggal aku saja sebagai anak bungsu yang masih ada di rumah. Oh ya Bokap dan Nyokapku selalu mendidik anak-anaknya agar mampu mandiri, dan mereka tidak pernah menggunakan jasa PRT. Jadi aku selalu membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian sendiri jika liburan.

Karena enggak ada kuliah aku masih malas-malasan di rumah. Sehabis mandi, hanya memakai celana pendek mini dan kaos you can see aku duduk-duduk di depan TV sambil nonton acara kegemaranku sinetron telenovela. Rencananya aku mau mencuci dan memasak setelah hilang rasa malasku nanti. Lagi asyik-asyiknya nonton sinetron tiba-tiba aku dikejutkan bunyi bel pintu yang ditekan berkali-kali.

Ting-tong.. Ting-tong.. Ting-tong!

"Sialan juga nih orang!! Mengganggu aja! Siapa sih!" makiku dalam hati karena kesal keasyikanku terganggu.

Dengan malas aku berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Kulihat di depan pintu ada seseorang yang berpakaian TNI sedang cengangas-cengenges.

"Siapa pula orang ini! Keren juga" kataku dalam hati.

Aku terkejut setengah mati waktu kubuka pintu. Rupanya itu adik kandung bokapku yang paling kecil!

"Ooh Oom Heru kapan sampai di Jakarta..! Kirain monyet dari mana yang nyasar ke sini" teriakku gembira sambil terus menyalaminya.

Rupanya benar itu pamanku yang sudah lama sekali tidak datang ke rumah sejak ia ditugaskan ke daerah konflik di NAD sana (hampir 1 1/2 tahun). Oh iya aku hampir lupa, aku tinggal di Jakarta bagian selatan, tepatnya di daerah Mampang.

Oomku ini seorang perwira menengah yang masih muda, ia berpangkat Kapten waktu itu. Umurnya waktu itu baru 31 tahunan dan ia duda tanpa anak karena istrinya meninggal saat melahirkan anaknya satu tahun yang lalu. Orangnya tinggi besar dan gagah seperti papaku. Tingginya mungkin sekitar 175 Cm dengan berat badan seimbang. Kulitnya agak hitam karena banyak terbakar matahari di daerah konflik sana.

"Baru aja nyampe!! Terus mampir ke sini! Lho Anna.. Emang.. Kamu enggak kuliah? Mana papa dan Mamamu?" kulihat matanya jelalatan melihat pakaianku yang minim ini. Jakunnya naik turun seperti tercekik."Brengsek juga rupanya! Mungkin di NAD sana enggak pernah lihat cewek pakai rok mini kali!" kataku dalam hati."Enggak Oom.. Anna enggak ada kuliah kok hari ini! Papa sama Mama kan kerja! Entar sore baru pulang!" jawabku agak jengah juga melihat tatapan mata Oomku yang jelalatan seolah-oleh hendak melumat dan menelan tubuhku."Memang Oom Heru sedang cuti?" tanyaku untuk mencoba menghilangkan rasa jengahku."Lho.. Kamu enggak tahu ya? Oom Heru kan tugasnya sudah selesai dan sekarang dikembalikan ke pasukan! Jadi mulai minggu depan Oom Heru sudah masuk barak lagi di Jakarta sini"

Matanya makin jelalatan menelusuri seluruh tubuhku, sementara tanganku yang menyalaminya masih digenggamnya erat-erat seolah ia enggan melepaskan tanganku. Aku merasakan betapa tangannya begitu kokoh dan kuat menggenggam jemariku.

"Nah daripada nunggu di mess mending Oom Heru ke sini biar ada teman" katanya.

Lalu kupersilahkan Oom Heru untuk duduk di sofa ruang tengah dan kubuatkan minuman."Oom Anna siapin kamar tamu dulu ya? Silahkan diminum dulu tehnya! Entar keburu dingin enggak enak lho!"

Aku pun membawa tasnya ke kamar yang depan yang biasa dipakai Oom Heru dulu kalau ia menginap di rumahku. Saat aku sedang membungkuk membenahi seprei tempat tidur yang dipakainya aku terkejut ketika tiba-tiba dua tangan kekar memelukku dari belakang. Aku tidak mampu meronta karena dekapan itu begitu kuat. Terasa ada dengusan napas hangat menerpa pipiku. Pipiku dicium sedangkan dua tangan kekar mendekapku dan kedua telapak tangannya saling menyilang di pinggang kanan-kiriku yang ramping. Aku memberontak, namun apalah dayaku. Tenaganya terlalu kuat untuk kulawan. Setelah kutengok ke belakang ternyata Oom Heru yang sedang memelukku dan mencium pipiku.

"Oom ngapain! Lepasin dong Oom!" Aku berteriak agar dilepaskannya.

Karena terus terang aku belum pernah yang namanya dipeluk laki-laki! Apalagi pakai dicium segala! Tubuhku gemetar ketika tangan kokoh Oom Heru mulai bergerak ke atas dan mulai meremas payudaraku dari luar kaos singletku. Bukannya berhenti tetapi justru Oom Heru semakin menggila!

"Diam sayang.. Dari dulu Oom sangat menyayangimu" bisiknya di telingaku membuat aku geli saat ada dengusan nafas hangat menyembur bagian sensitif di belakang telingaku.

Dekapannya semakin ketat sampai aku merasakan ada semacam benda keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku semakin menggelinjang kegelian saat bagian belakang telingaku terasa digelitik oleh benda lunak hangat dan basah! Ooh.. Rupanya Oom Heru sedang menjilati bagian belakang telingaku. Tanpa sadar aku melenguh.. Ada rasa aneh menjalar dalam diriku! Rupanya Oom Heru sangat piawai dalam menaklukkan wanita. Ini terbukti bahwa aku yang belum pernah bersentuhan dengan lelaki merasa begitu nyaman dan merasakan kenikmatan diperlakukan seperti itu.

"Ja.. Jangan Oomhh!" Aku mendesis antara menolak dan enggan melepaskan diri.

Bibir Oom Heru semakin menjalar ke depan hingga akhirnya bibirnya mulai melumat bibirku. Seprei yang tadinya kupegang terlepas sudah. Tanganku sekarang bertumpu memegang kedua punggung tangan Oom Heru yang sedang sibuk meremas dan mendekap kedua payudaraku.

Napas Oom Heru semakin menggebu seperti kerbau. Lidahnya mulai bergerak-gerak liar menyelusup ke dalam rongga mulutku. Akupun tak tahan lagi.. Tubuhku seolah mengawang hingga ke awan. Kakiku limbung seolah tanpa pijakan. Sekarang tubuhku sudah bersandar sepenuhnya bertumpu pada Oom Heru yang terus mendekapku. Mataku terpejam merasakan sensasi yang baru pertama kali ini aku alami. Tanpa terasa lidahku ikut menyambut serangan lidah Oom Heru yang bergerak-gerak liar. Selama beberapa saat lidahku dan lidah oom Heru saling bergulat bak dua ekor naga langit yang sedang bertarung.

Aku membuka mata, wajah Oom Heru sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul dan meremas kedua payudaraku. Anehnya, setelah itu aku tidak berusaha menghindar. Aku merasakan ada sesuatu yang mendesak-desak dan harus tersalurkan. Kubiarkan saja tangan Oom Heru saat mulai menyusup ke balik singletku dari bagian bawah.

Aku semakin menggelinjang saat tangannya mulai meraba perutku yang masih rata. Perlahan namun pasti tangannya mulai merayap ke atas dan ke bawah. Tangan kanan Oom Heru mulai menyentuh payudaraku yang terbungkus BH tipis itu, sementara tangan kirinya mulai menyusup ke balik celana pendek ketatku. Aku tak sadar tanganku bergerak ke belakang dan mulai meremas rambutnya.

Tubuh kami masih berhimpit berdiri menghadap searah. Oom Heru masih tetap mendekapku dari belakang. Bibirnya melumat bibirku sementara kedua tangannya mulai meraba dan meremas bagian-bagian sensitif tubuh perawanku. Akupun tak tinggal diam tanganku tetap meremas-remas rambutnya yang cepak seperti "rambutan sopiyah" (memang seperti lazimnya anggota TNI harus berambut cepak.. Kalau gondrong soalnya malah dikira preman kali!!)

Untuk beberapa lama, Oom Heru masih melumat bibirku. Aku harus jujur bahwa aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara tak sadar aku juga membalas melumat bibir Oom Heru. Aku masih tetap belum menyadari atau mungkin terlena hingga tak menolak saat tangan Oom Heru mulai menyusup ke dalam BH-ku dan menyentuh apa yang seharusnya kujaga. Nafasku semakin memburu dan aku mulai merasakan bagian selangkanganku mulai basah. Apalagi saat ibujari dan telunjuk Oom Heru mulai mempermainkan puting payudaraku yang sudah semakin mengeras. Tubuhku semakin bergerak liar hingga benda keras yang menempel ketat di belahan pantatku kurasakan semakin mengeras.

Desakan aneh semakin kuat mendorong di bagian bawah. Tubuhku semakin melayang saat tangan kiri Oom Heru dengan lembut mulai memijit-mijit dan meremas gundukan bukit di selangkanganku. (Namanya Bukit Berbulu!! Kalau Uci Bing Slamet dulu nyanyinya Bukit Berbunga.. Mungkin waktu ngarang lagu itu terinspirasi saat bukit berbulunya kepegang lak-laki seperti aku ini!! Ooh indah sekali!! Lebih indah daripada bukit yang berbunga!! Tul enggak? Munafik kalau bilang enggak..).

Tubuhku semakin liar bergerak saat jari Oom Heru mulai menyentuh belahan hangat di selangkanganku. Jari-jarinya terasa licin bergerak menyusuri belahan hangat di selangkanganku. Rupanya aku sudah begitu basah.. Dan Oom Heru tahu kalu aku sudah dalam genggamannya. Aku memang sudah menyerah dalam nikmat sedari tadi. Apalagi aku memang juga mengagumi Oomku yang keren ini.

Tubuhku berkelejat liar seperti ikan kurang air saat jemari Oom Heru mempermainkan tonjolan kecil di bagian atas bukit kemaluanku. Jarinya tak henti-hentinya menggocek dan berputar liar mempermainkan kelentitku.

"Akhh.. Oomphf.." desisanku terhenti karena bibirku keburu dikulum oleh bibir Oom Heru.

Aku sudah merasakan terbang mengawang. Desakan yang menuntut pemenuhan semakin membuncah dan akhirnya dengan diiringi hentakan liar tubuhku aku merasakan ada sesuatu yang menggelegak dan aku mengalami orgasme!! Aku semula tak tahu apa itu orgasme, yang jelas aku merasakan kenikmatan yang amat sangat atas perlakuan Oom ku itu. Tubuhku terasa ringan dan tak bertenaga sesudah itu.

"Gimana sayang?" bisik Oom Heru di telingaku."Enak sayang?" lanjutnya.

Aku hanya terdiam dan ada sebersit rasa malu. Seharusnya ini tidak boleh terjadi, kataku dalam hati menahan rasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku. Tetapi rangsangan dan stimulus yang diberikan Oom ku terlalu hebat untuk kutahan. Akhirnya aku hanya pasrah saja saat tangan Oom Heru mulai melucuti pakaianku satu per satu. Mula-mula kaos singletku dilepasnya hingga payudaraku yang masih kencang terlihat terbungkus BH cream yang seolah-olah tak mampu menampungnya. Padahal ukurannya sudah 36B.

Tubuh bagian atasku sudah setengah telanjang. Sementara aku yang sudah lemas tetap berdiri dipeluk Oom Heru dari belakang. Kembali tangannya mengelus perutku yang putih rata itu. Tanganku menutup bagian dadaku karena malu dan jengah harus terlihat laki-laki dalam keadaan begini. Lalu dengan terburu-buru Oom Heru melepaskan pakaian seragamnya hingga aku merasakan rambut dada oom Heru yang cukup lebat menempel punggungku yang telanjang. Lagi-lagi aku merasakan sensasi yang lain-daripada yang lain.

Masih dengan setengah telanjang Oom Heru memelukku dari belakang. Aku terlalu malu untuk membuka mataku. Aku hanya memejamkan mata sambil menikmati sensasi dipeluk laki-laki perkasa. Dengan tangan mengelus perut dan dadaku Oom Heru kembali menciumi ku. Kali ini punggungku dijadikan sasaran serbuan bibirnya yang panas. Kumisnya yang tipis terasa geli saat menyapu-nyapu punggungku yang terbuka. Aku menggelinjang hebat. Apalagi saat lidah Oom Heru mulai merayap di tulang belakangku.

Perlahan dari leher bibirnya merayap ke bawah hingga pengait BH-ku. Lalu tiba-tiba aku merasakan kekangan yang mengekang payudaraku melonggar. Ternyata Oom Heru telah menggigit lepas pengait bra-ku. Aku tak sempat menutupi payudaraku yang terbebas karena dengan cepat kedua tangan Oom Heru telah mendekap kedua payudaraku. Aku hanya pasrah dan membiarkan tangannya meremas dan mempermainkan payudaraku sesukanya, karena aku memang menikmatinya juga. Tiba-tiba ada sepercik perasaan liar menyerangku. Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin merasakan kenikmatan yang lebih. Godaan itu begitu menggebu. Lalu tanpa sadar tanganku memegang tangan Oom Heru seolah-olah membantunya untuk memuaskan dahagaku.

Dengan bibirnya Oom Heru menggigit tali bra-ku dan melepaskannya hingga jatuh. Kini tubuh bagian atasku sudah telanjang sama sekali. Hanya celana pendek mini dan celana dalam yang masih menutupi tubuhku.

Setelah berhasil melepaskan tali bra-ku, bibir Oom Heru kembali menyerbu punggungku. Ditelusurinya tulang punggungku dengan lidahnya yang panas. Ini membuat syarafku semakin terangsang heibat. Apalagi tangannya yang kokoh tetap meremas kedua belah payudaraku dengan gemasnya. Ada rasa sakit sekaligus enak dengan remasannya itu. Lidahnya terus turun ke bawah hingga ke atas pinggulku. Hal ini membuatku semakin menggelinjang kegelian.

"Ouchh.. Oomm su.. Sudahh Oommh" aku merintih.

Mulutku bilang tidak tetapi nyatanya tubuhku menginginkannya. Penolakanku seolah tiada artinya. Lalu tiba-tiba celana pendek miniku digigitnya dan ditarik ke bawah hingga ke atas lutut. Separuh buah pantatku yang bulat dan mulus terbuka sudah!! Lidah Oom Heru terus menyerbu buah pantatku kanan dan kiri secara bergantian. Tubuhku meliuk dan meregang merasakan rangsangan terhebat yang baru kali ini kurasakan saat lidah Oom Heru yang panas mulai menyusuri belahan pantatku dan mulai mengais-ngais analku! Luar biasa.. Tanpa rasa jijik sedikitpun lidah Oom Heru menjilati lobang anusku. Hal ini membuat tubuhku tergetar heibat.

Selang beberapa saat, setelah puas bermain-main dengan lobang anusku tangan Oom Heru mulai menarik celana pendek sekaligus CD-ku hingga ke mata kaki. Lalu tanpa sadar aku membantunya dengan melepaskan CD-ku dari kedua kakiku. Kini aku sudah bugil.. Gil! Oom Heru pun rupanya sedang sibuk melepaskan celananya. Hal ini kuketahui dari bunyi gesper yang dilepas.

Sekarang tubuhku yang sintal dan putih sudah benar-benar telanjang total dihadapan Oom Heru. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-lakiorang lain, apalagi laki-laki. Aku tak menduga akan terjadi hal seperti ini. Dengan Oomku sendiri pula. Tetapi kini, Oom Heru berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya.

Tiba-tiba Oom Heru menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuan Oom Heru yang saat itu sudah duduk ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Oom Heru menempel kebibirku hingga beberapa saat.

Dadaku semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir halus Oom Heru melumat mulutku. Lidah Oom Heru menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding. Aku pun terkejut ternyata batang kemaluan Oom Heru yang sudah sangat kencang terjepit antara perutku dan perutnya. Aku merasakan betapa besar dan panjang benda keras yang terjepit diantara kedua tubuh telanjang kami.

Mengetahui besarnya batang kemaluan Oom Heru aku jadi ingat saat aku masih TK waktu diajari menyanyi guru TK-ku "Aku seorang kapiten mempunyai pedang panjang, kalau berjalan prok-prok prok.. Aku seorang kapiten! Tapi ini Oom ku seorang kapiten mempunyai peler (bahasa jawa batang kemaluan) panjang.." memang Oom ku itu pangkatnya waktu itu sudah Kapten! Cocok bukan?

"Akh.., ja.. Jangan oomhh..!" kataku terbata-bata."Su.. Sudah.. Oomhh" desisku antara sadar dan tidak.

Oom Heru memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampaingku dengan erat. Aku masih terduduk dipangkuannya. Tetapi ia malah mulai menjilati leherku. Ia menjilati dan menciumi seluruh leherku lalu merambat turun ke dadaku. Aku memang pasif dan diam, namun nafsu birahi sudah semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Oom Heru sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleher dan dadaku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.

Apalagi saat bibir Oom Heru dengan penuh nafsu melumat kedua puting payudaraku yang sudah sangat keras bergantian. Aku kembali melayang di awan saat dengan gemas Oom Heru menghisap kedua puting payudaraku bergantian. Rangsangan yang kuterima begitu dahsyat untuk kutahan. Apalagi benda keras di selangkangan Oom Heru yang terjepit kedua tubuh telanjang kami mulai tersentuh bibir kemaluanku yang sudah sangat basah.

Gejolak liar yang berkobar dalam diriku semakin menggila. Hingga tanpa sadar aku menggoyang pinggulku di atas pangkuan Oom Heru untuk memperoleh sensasi gesekan antara bibir kemaluanku dengan batang kemaluannya.

Oom Heru sendiri tampaknya juga sudah sangat terangsang. Aku dapat merasakan napasnya mulai terengah-engah dan batang kemaluannya mengedut-ngedut. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Oom Heru yang kekar mengangkat tubuhku dari pangkuannya dan merebahkan di atas tempat tidur yang sebenarnya belum selesai kurapihkan itu. Insting perawanku secara refleks masih coba berontak.

"Sudah Oomhh! Jangan yang satu.. Anna takut.." Kataku sambil meronta bangkit dari tempat tidur."Takut kenapa sayang? Oom sayang Anna, percayalah sayang.." Jawab Oom Heru dengan napas memburu."Jang.. Jangan.. Oom.." protesku sengit.

Namun seperti tidak perduli dengan protesku, Oom Heru segera menarik kedua kakiku hingga menjuntai ke lantai. Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh Oom Heru yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat.

Kini, dengan kedua kakiku yang menjuntai ke lantai membuat Oom Heru dapat memandang seluruh tubuhku dengan leluasa.

"Kamu cantik dan seksi sekali sayang" katanya dengan suara parau tanda bahwa ia sudah sangat terangsang.

Dengan tubuh telanjang bulat tanpa tertutup sehelai kainpun yang menutupi tubuhku, aku merasa risih juga dipandang sedemikian rupa. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan didada dan celah pahaku, tetapi dengan cepat tangan Oom Heru memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Oom Heru membentangkan kedua belah pahaku dan menundukkan wajahnya di selangkanganku. Aku tak tahu apa yang hendak ia lakukan.

Tanpa membuang waktu, bibir Oom Heru mulai melumat bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Tubuhku menggelinjang hebat. Aku semakin salah tingkah dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Yang jelas aku kembali merasakan adanya desakan yang semakin menggebu dan menuntut penyelesaian. Sementara kedua tangannya merayap ke atas dan langsung meremas-remas kedua buah dadaku. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati liang kemaluanku dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini.

Lidahnya yang panas mulai menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku terangkat saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir kemaluanku.

"Akhh.. Oomhh.. Sud.. Sudahh Oomm.." bibirku menolak tetapi tanganku malah menarik kepala Oom Heru lebih ketat agar lebih kuat menekan selangkanganku sedangkan pantatku selalu terangkat seolah menyambut wajah Oom Heru yang tenggelam dalam selangkanganku.

Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang amat sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Oom Heru menjilat dan melumat bibir kemaluanku.

Aku semakin melayang dan seolah-olah terhempas ke tempat kosong. Tubuhku bergetar dan mengejang bagaikan tersengat aliran listrik. Aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir Oom Heru menyedot kelentitku dan lidahnya mengais-ngais dan menggelitik kelentitku.

"Akhh.. Akhh.. Ohh.." dengan diiringi jeritan panjang aku merasakan orgasme yang ke sekian kalinya. Benar-benar pandai menaklukan wanita Oom ku ini. Pantatku secara otomatis terangkat hingga wajah Oom Heru semakin ketat membenam di antara selangkanganku yang terkangkang lebar. Napasku tersengal-sengal setelah mengalami beberapa kali orgasme tanpa ada coitus.

"Anna sayang.. Sekarang giliran Anna menyenangkan Oom ya.." bisiknya setelah napasku mulai teratur.

Aku hanya pasrah dan tak mampu berkata-kata. Antara malu dan mau aku hanya merintih pelan.

"Mmhh.."

Oom Heru yang sudah pengalaman rupanya menyadari keadaanku yang masih hijau dalam hal urusan bawah perut ini. Ia pun lalu membaringkan diri di sisiku. Tangannya sekarang membimbing tanganku dan diarahkannya ke bawah. Dengan mata terpejam karena jengah aku ikuti saja apa kemauannya.

Hatiku berdesir saat tanganku dipegangkannya pada benda keras berbentuk bulat dan panjang. Benda itu terasa hangat sekali dalam genggamanku. Ooh betapa besarnya benda itu. Tanganku hampir tak muat menggenggamnya. Setelah terpegang tanganku pun digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah untuk mengocok benda itu. Oom Heru pun kemudian menarik tubuhku hingga aku berbaring miring menghadapnya. Kepalaku ditariknya dan diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya mencari-cari lidahku dan tangannya bergerilya lagi meremas-remas payudaraku.

Aku pun tak sadar ikut mengimbanginya. Lidahku bergerak liar menyambut lidahnya dan tanganku dengan agak kaku mengocok batang kemaluannya. Aku belum berani melihat seperti apa kemaluan laki-laki. Aku masih terlalu malu untuk itu."Mphh jangan keras-keras sayang.. Sakit itunya" bisik Oom ku. Rupanya aku terlalu keras mengocok batang kemaluannya sehingga Oom Heru merasa kurang nyaman.

Kemudian setelah beberapa saat berciuman, didorongnya kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke dadanya yang bidang. Masih dengan mata terpejam aku mencoba menirukan apa yang dilakukan Oom Heru padaku. Lidahku mulai menjilat puting dadanya kiri dan kanan bergantian.

"Oohh.. Teruss sayanghh.."

Oom Heru rupanya merasa nyaman dengan perlakuanku itu. Terus didorongnya kepalaku ke bawah lagi.

Kini bibirku mulai menciumi perut dan pusar Oom Heru. Hal ini membuatnya semakin meradang. Mulutnya tak henti-hentinya mendesis seperti kepedasan. Tangannya terus mendorong kepalaku ke bawah lagi. Kini aku merasa daguku menyentuh benda keras yang sedang ku kocok, sementara bibir dan lidahku tak henti-hentinya menciumi perut bagian bawahnya. Kemudian ditekannya lagi kepalaku ke bawah. Rupanya ia menyuruhku menciumi batang kemaluannya!

Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lalu aku memberanikan diri untuk membuka mataku. Lagi-lagi aku berdebar-debar dan darahku berdesir ketika mataku melihat batang kemaluan Oom Heru. Gila! Kataku dalam hati besar sekali.. Bentuknya coklat kehitaman dengan kepala mengkilat persis topi baja tentara! Sementara itu kantong pelernya tampak menggantung gagah dan penuh! Seperti ini rupanya batang kemaluan laki-laki. Sejenak aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jika batang kemaluan yang besar dan keras itu dimasukkan ke lubang kemaluan perempuan, apalagi jika perempuan itu aku. Gejolak liar kembali mengusikku.

Lamunanku terputus saat tangan Oom Heru yang kekar menekan kepalaku dan didekatkannya ke arah batang kemaluannya. Dengan canggung bibirku mulai mencium batang kemaluannya. Aku sengaja membuang pikiran jijikku dengan membayangkan bahwa aku sedang menjilat"Magnum" (Es Krim yang terkenal besar dan enaknya itu!!). Dan ternyata aku berhasil!! Dengan membayangkan aku sedang menikmati 'magnum'ku tanpa rasa jijik sekalipun aku mulai menjilati batang kemaluan Oom Heru. Dari ujung kepala kemaluan yang mengkilat hingga kantung biji peler yang menggantung penuh tak luput dari jilatan lidahku.

Sambil berjongkok di lantai aku terus menjilati menyusuri seluruh batang kemaluan Oom Heru yang besar dan panjang itu. Sesekali dengan nakal kusedot biji peler bergantian membuat pantat Oom Heru terangkat. Sementara kedua kaki Oom Heru menjuntai ke lantai seperti posisiku tadi waktu selangkanganku dijilati Oom Heru. Sesekali aku melirik bagaimana reaksinya. Ku lihat mulut Oom Herus terus menceracau tak karuan.

"Terushh sayang.. Oohh nah.. Terusshh oughh" bagai orang gila Oom Heru terus menceracau.

Kemudian Oom Heru bangun dan diangkatnya tubuhku. Kali ini aku dibaringkannya dengan berhadap-hadapan. Kakiku masih menjuntai ke lantai. Ia berdiri di antara kedua belah pahaku. Kemudian tangannya membimbing batang kemaluannya yang sudah berlendir dan dicucukannya ke celah hangat di tengah bukit kemaluanku. Aku tersadar. Antara nafsu dan ketakutan aku menangis. Aku memohon.

"Ja.. Jangan Oommhh.. Ja.. Jangan yang itu".

Rupanya superegoku memenangkan pertarungan antara id dan superegoku. Ego ku mampu menekan gejolak liar ide ku.

"Kenapa sayang..?" tanya Oom Heru dengan suara parau."Anna.. Takut Oomhh.. To.. Tolong jangan yang itu.." kataku memohon."Ok.. Okay sayang.." kata Oomku sambil menghela nafas."Oom tak akan masukkan sayang.. Cuma diluar.. Oom janji deh" lanjutnya dengan suara parau karena sudah dikuasai oleh nafsu birahinya."Jang.. Jangan Oomhh," aku tetap menolak, "Anna enggak ingin kehilangan satu-satunya yang paling berharga Oom" aku merintih antara nafsu dan takut. Saat ia mulai mencucukkan ujung kepala kemaluannya di celah kemaluanku yang sudah sangat basah."Anna sayang.. Apa.. Kamu.. Nggak kasihan padaku sayang.. aku sudah terlanjur bernafsu.. aku nggak kuat lagi sayang, please aku.. Mohon," kata Oom Heru masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas."Sudah 2 tahun Oom harus menahan ini sejak tantemu meninggal"

Tiba-tiba Oom Heru beranjak dan dengan cepat mencucukkan batang kemaluannya yang sudah sangat kencang di sela-sela bukit kemaluanku. Kini tubuh telanjang Oom Heru mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Oom Heru menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki. Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.

Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang menggesek-gesek bibir kemaluanku. Ternyata Oom Heru menggesek-gesekkan batang kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Ia memutar-mutar dan menggocek-gocekkan batang kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku. Sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih mampu bertahan agar benda itu tidak benar-benar memasuki liang kemaluanku.

"Oom, jangan sampai masuk.., diluar saja..!" pintaku.

Oom Heru hanya mendengus dan tetap menggosok-gosokkan batang kemaluannya di pintu kemaluanku yang semakin licin oleh cairan. Aku begitu terangsang. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Oom Heru yang masih terengah-engah.

Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi. Napasku semakin memburu dan tubuhku kembali berkelejat menahan kenikmatan. Aku harus mengakui kehebatan Oom Heru untuk yang kesekian kalinya. Karena tanpa penetrasi pun ia telah sanggup membuatku orgasme berkali-kali.

"Akhh.. Oomhh.. Shh.. Ouchh.." tanpa sadar aku menjerit ketika kurasakan kelentitku berdenyut-denyut dan ada sesuatu yang menggelegak di dalam sana.

Mataku terbeliak dan tanpa malu-malu lagi aku mengangkat pantatku menyambut gocekan batang kemaluan oom Heru di bibir kemaluanku agar lebih ketat menekan kelentitku. Aku berkelejotan, sementara napasku semakin memburu. Gerakanku semakin liar saat liang kemaluanku berdenyut-denyut. Lalu aku terdiam tubuhku terasa lemas sekali. Aku tak peduli lagi pada apa yang hendak dilakukan Oom Heru pada tubuhku. Tulang-belulangku serasa lepas semua.

Setelah itu Oom Heru bangkit dan mengambil body lotion yang ada di meja rias kamar tamu dan dengan cepat ia menindihku. Dikangkanginya tubuhku. Kali ini ia benar-benar menguasaiku. Dari kaca meja rias disamping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Oom Heru yang tinggi besar mulai menindihku. Lalu Oom Heru membalur kedua payudaraku dengan lotion dan melemparkan botol itu setelah ditutupnya kembali. Aku merasa lega karena setidak-tidaknya ia telah menepati janjinya untuk tidak memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluanku.

Oom Heru kembali melumat bibirku. Kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Oom Heru. Oom Heru terpejam merasakan seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi. Bermenit-menit kami terus berpagutan hingga akhirnya Oom Heru melepaskan bibirnya dari pagutanku. Ia lalu menempatkan batang kemaluannya di belahan kedua payudaraku yang sudah dilumuri body lotion. Kedua tangannya yang kekar lalu memegang kedua buah payudaraku dan dijepitkannya pada batang kemaluannya. Aku pun ikut membantunya dengan memegang lembut batang kemaluannya.

Setelah batang kemaluannya terjepit kedua payudaraku, ia mulai mengayunkan pantatnya maju mundur hingga batang kemaluannya yang terjepit payudaraku bergerak maju mundur. Batang kemaluannya yang begitu panjang membuat ujung kemaluannya menyentuh-nyentuh bibirku. Lalu untuk membantunya menuntaskan nafsunya akupun membuka mulutku dan menjilati ujung kemaluan itu setiap kali terdorong ke atas. Hal itu berlangsung beberapa lama hingga kurasakan ayunan pantat Oom Heru mulai makin cepat. Gesekan batang kemaluannya yang terjepit ke dua buah payudaraku pun semakin kencang. Nafasnya semakin mendengus dan kulihat matanya terpejam seolah sedang menahan sesuatu. Peluh telah membasahi kedua tubuh telanjang kami hingga kelihatan mengkilap dan licin. Semakin lama gerakannya semakin cepat disertai dengus nafas yang semakin menderu.

Tiba-tiba ia seolah tersentak kurasakan batang kemaluannya yang terjepit dadaku mulai mengedut-ngedut. Tubuhnya mengejat-ngejat seperti tersengat arus listrik dan dari mulutnya keluar geraman dahsyat.

"Ugh.. Ugh.. Arghh.. Akhh".

Cratt.. Crat.. Cratt.. Cratt.. Cratt..

Akhirnya dari lubang di ujung kemaluannya menyemburlah cairan putih kental yang banyak sekali. Sialnya cairan itu sebagian besar tumpah ke mulutku yang sedang terbuka karena menjilati batang kemaluan itu.

"Glk.. Uhuk.. Uhuk.. Uhuk" aku hampir muntah karena tersedak cairan itu. Rupanya sebagian ikut tertelan."Oom Heru jahat.. Uhuk.. Uhuk" sambil masih terbatuk-batuk aku menangis.

Ini merupakan pengalamanku yang pertama kali. Bau cairan sperma saja sudah membuatku mual.. Apalagi tertelan! Pembaca bisa membayangkan bagaimana rasanya.

"Sorry sayang.. Oom tidak sengaja.." bisiknya menghiba seolah merasa bersalah.

Kemudian dengan tanpa rasa jijik dilumatnya bibirku yang masih penuh cairan air maninya itu sehingga rasa jijikku sedikit hilang. Lama kami berciuman sampai akhirnya diambilnya ujung seprei dan dibersihkannya bibirku dari sisa-sisa ceceran air maninya itu. Aku merasa terharu akan perlakuannya dan rasa sayangku padanya pun mulai bertambah. Bukan kasih sayang antara kepenakan.. Eh keponakan dan paman melainkan rasa sayang sebagaimana layaknya perempuan terhadap laki-laki.

Aku yang sudah merasa lemas akhirnya tak mampu bergerak lagi. Aku lega sejauh ini aku masih mampu mempertahankan mahkota keperawananku. Aku langsung tertidur. Mungkin Oom Heru juga ikut tertidur. Karena aku sudah tidak ingat apa-apa lagi.

Aku bangun ketika aku merasakan geli saat payudaraku ada yang menjilati. Aku membuka mata dan kulihat Oom Heru sedang sibuk menyedot kedua payudaraku secara bergantian. Kembali aku harus menggelinjang dan nafsuku perlahan mulai bangkit.

Tubuh telanjang Oom Heru menindihku. Tubuhnya yang tinggi besar membuat tubuhku seolah-olah tenggelam dalam spring bed. Tanpa kusadari tanganku pun mulai bergerak meremas-remas rambut Oom Heu yang sedang sibuk melumat kedua puting payudaraku bergantian. Tubuh kami sudah mulai basah oleh peluh kami yang mulai mengucur deras. Dalam posisi seperti itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku. Semakin lama benda yang terjepit di antara perut kami itu makin mengeras dan terasa panas. Ohh, ternyata benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Oom Heru yang mulai mengeras.

Perlahan namun pasti lidah Oom Heru mulai menelusuri setiap lekuk liku tubuhku. Tanpa rasa jijik dijilatinya ketiakku yang bersih mulus, karena aku memang rajin mencabuti bulu ketiakku. Rasanya geli luar biasa diperlakukan seperti itu. Lidahnya yang basah dan panas seolah-olah menggelitik ketiakku. Setelah puas menjilati kedua ketiakku bergantian, lidah Oom Heru mulai menelusuri tubuhku bagian samping ke aras bawah. Sekarang pinggangku dijadikannya sasaran jilatannya. Aku semakin tak mampu menahan diri.

"Oshh.. Ohh Omm.. Ohh" aku hanya mampu merintih.

Karena bukan hanya itu rangsangan yang diberikannya. Tangannya yang nakal ternyata tak tinggal diam. Ditangkupkannya telapak tangannya yang besar ke bukit kemaluanku lalu dengan gerakan lembut diremas-remasnya bukit kemaluanku.

Beberapa saat kemudian sambil bibirnya menjilati perut bagian bawahku, jari jari Oom Heru mulai bergerak menyusuri celah hangat di antara bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Jarinya bergerak sepanjang celah itu dari atas ke bawah hingga menyentuh lubang analku. Dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kemaluanku jarinya mulai dimasuk-masukkan ke dalam lubang analku hingga lubang analku kurasakan mengedut-ngedut.

Tiba-tiba Oom Heru membalik posisi tubuhnya. Wajahnya sekarang menghadap ke selangkanganku dan selangkangannya pun dihadapkannya ke wajahku. Sekarang aku dapat melihat tanpa malu-malu lagi bentuk kemaluan laki-laki. Batang kemaluan Oom Heru yang sudah sangat keras menggantung di atas wajahku. Uratnya yang seperti tali kelihatan menonjol sepanjang batang kemaluannya yang berwarna hitam kecoklatan. Gagah sekali bentuknya seperti meriam kecil antik yang banyak kulihat dijual di sekitar candi Borobudur sana.

Aku tidak sempat mengagumi benda itu berlama-lama, karena tiba-tiba kurasakan batang kemaluan itu mengganjal tepat di bibirku. Rupanya Oom Heru menginginkan batang kemaluannya kujilati seperti tadi. Aku pun membuka bibirku dan dengan lembut mulai menjilati ujung batang kemaluannya yang mengkilat. Tubuhku pun tersentak dan tanpa sadar pantatku terangkat ke atas saat bibir Oom Heru mulai menciumi bukit kemaluanku. Bibirnya dengan gemas menyedot labia mayoraku lalu disisipkannya lidahnya ke dalam bibir kemaluanku.

Saking gelinya tanpa sadar kedua kakiku menjepit kepala Oom Heru untuk lebih menekankan wajahnya ke bukit kemaluanku. Oom Heru pun menekan pantatnya ke bawah hingga batang kemaluannya lebih dalam memasuki mulutku. Aku hampir tersedak dan susah bernapas karena batang kemaluan oom Heru yang besar itu menyumpal mulutku dan ujungnya hampir menyentuh kerongkonganku, sementara rambut kemaluannya yang sangat lebat menutupi hidungku!!

Aku gelagapan hingga tanpa sadar kucengkeram pantat Oom Heru agar mengangkat pantatnya. Rupanya tindakanku berhasil karena Oom Heru mengangkat pantatnya sedikit hingga aku dapat bernapas lega. (Pembaca dapat membayangkan bagaimana rasanya hidung pembaca tersumpal jembut.. Eh rambut kemaluan laki-laki!! Sudah baunya apek.. Ting kruntel lagi kayak indomie pula!! Sedangkan mulut tersumpal batang kemaluan!!)

Tubuhku semakin menggeliat liar saat lidah Oom Heru mulai menggesek-gesek kelentitku. Kelentitku rasanya membengkak dan berdenyut-denyut seolah mau pecah. Mataku sudah membeliak hampir terbalik. Aku merasa hampir mengalami orgasme lagi.. Namun saat desakan di bagian bawah perutku hampir meledak tiba-tiba Oom Heru menjauhkan bibirnya dari selangkanganku. Aku kecewa sekali rasanya. Orgasme yang hampir kuperoleh ternyata menjauh lagi. Ternyata ini memang taktik Oom Heru agar aku penasaran.

Oom Heru mengubah posisi lagi. Kini wajahnya menghadap ke wajahku lagi. Tubuhnya ditempatkannya di antara kedua pahaku yang memang sudah terbuka lebar. Kemudian bibirnya mencium bibirku dengan lembut. Akupun membalasnya. Lidah kami saling berkutat. Sementara itu tubuh bagian bawah Oom Heru mulai menekan selangkanganku. Hal ini kurasakan dari tekanan batang kemaluan Oom Heru yang terjepit bibir keamaluanku, walaupun belum masuk ke dalam liang kemaluanku tentunya!!

Hangat sekali rasanya batang kemaluan itu. Nikmat sekali rasanya gesekan-gesekan yang ditimbulkannya saat pantatnya bergerak maju-mundur.

"Oomhh.. Ja.. Jangan dimasukkan..!" kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.

Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus atau tidak, sebab sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk ke lubang kemaluanku.

"Oke.. Sayang.. Kalau nggak boleh dimasukkan, Oom gesek-gesekkan di bibirnya saja ya..?" jawab Oom Heru juga dengan napas yang terengah-engah.

Kemudian Oom Heru kembali memasang ujung batang kemaluannya tepat di celah-celah bibir kemaluanku. Aku merasa gemetar luar biasa ketika merasakan kepala batang batang kemaluan itu mulai menyentuh bibir kemaluanku. Lalu dengan perlahan digoyangkanya pantatnya hingga batang kemaluannya mulai menggesek celah bibir kemaluanku. Hal ini berlangsung beberapa saat dengan irama yang teratur seperti pemain biola yang menggesek biolanya dengan khidmat.

Rupanya Oom Heru tidak puas dengan cara seperti itu (Aku pun juga kurang puas sebenarnya..! Tapi gengsi dong masak cewek minta duluan!!).

"Oom masukkin dikit ya sayang.." bisik Oom Heru dengan napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah semakin meningkat. Aku sendiri yang juga sudah sangat terangsang dan tidak berdaya karena sudah terbakar birahi hanya diam saja.

Karena aku hanya diam, Oom Heru lalu memegang batang kemaluannya dan dicucukannya ke celah-celah bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Dengan pelan didorongnya pantatnya hingga akhirnya ujung kemaluan Oom Heru berhasil menerobos bibir kemaluanku. Aku menggeliat hebat ketika ujung batang kemaluan yang besar itu mulai menyeruak masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi perlahan namun pasti ada rasa nikmat yang baru kali ini kurasakan mulai mengalahkan perihnya selangkanganku. Seperti janji Oom Heru, batang kemaluannya yang seperti lengan bayi itu hanya dimasukkan sebatas ujungnya saja.

Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir berteriak histeris. Sungguh batang kemaluan Oom Heru itu luar biasa nikmatnya. Liang kemaluanku serasa berdenyut-denyut saat menjepit ujung topi baja batang kemaluan Oom Heru yang bergerak maju-mundur secara pelahan.

Oom Heru terus menerus mengayunkan pantatnya Mamaju-mundurkan batang batang kemaluan sebatas ujungnya saja yang terjepit dalam liang kemaluanku. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami masih terus berpagutan.

"Sakkith.. Oomhh..?" Aku menjerit pelan saat kurasakan betapa batang kemaluan oom Heru menyeruak semakin dalam.

Namun rasa perih itu perlahan-lahan mulai menghilang saat Oom Heru menghentikan gerakan batang kemaluannya yang begitu sesak memenuhi liang kemaluanku. Rasa sakit itu mulai berubah menjadi nikmat karena batang kemaluannya kurasakan berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.

Lalu aku semakin mengawang lagi saat lidah Oom Heru yang panas mulai menyapu-nyapu seluruh leherku dengan ganasnya. Bulu kudukku serasa merinding dibuatnya. Aku tak sadar lagi saat Oom Heru kembali mendorong pantatnya hingga batang kemaluannya yang terjepit erat dalam laing kemaluanku semakin menyeruak masuk. Aku yang sudah sangat terangsang pun tak sadar akhirnya menggoyangkan pantatku seolah-olah memperlancar gerakan batang kemaluan Oom Heru dalam liang kemaluanku.

Kepalaku tanpa sadar bergerak-gerak liar merasakan sensasi hebat yang baru kali ini kurasakan. Liang kemaluanku semakin berdenyut-denyut dan ada semacam gejolak yang meletup-letup hendak pecah di dalam diriku.

Aku tak tahu entah bagaimana, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua kevaginaku.

Bless..

Perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak ke dalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang batang kemaluan Oom Heru yang sangat-sangat besar itu. Ada rasa pedih menghunjam di perut bagian bawahku. Oohh rupanya mahkotaku sudah terenggut.

"Akhh.. Sakk.. Kitthh.. Oomhh.." aku merintih dan tanpa sadar air mataku menetes.

Ada sebersit rasa penyesalan dalam diriku, mengapa aku begitu mudah menyerahkan mahkotaku yang paling berharga.

"Oomh.. Kok dimaassuukiin seemmua.. Ah..?" tanyaku."Maafkan Oom saayang. Oom nggak tahhan..!" ujarnya dengan lembut.

Ia pun menghentikan gerakan pantatnya. Air mataku mengalir tanpa dapat kutahan lagi.

"Jangan menangis sayang.." bisik Oom Heru di telingaku, "Oom sayang kamu"

Ada secercah rasa bahagia saat kudengar bisikan mesranya di telingaku. Aku pun terdiam dan ia pun terdiam. Kami terdiam beberapa saat. Ooh betapa indahnya.. Dalam diam itu aku dapat merasakan kehangatan batang kemaluannya yang hangat dalam jepitan liang kemaluanku. Kembali rasa nikmat menggantikan rasa sakit yang tadi menghentakku. Kurasakan batang kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku.

Kemudian dengan perlahan sekali Oom Heru mulai mengayunkan pantatnya hingga kurasakan batang kemaluannya menyusuri setiap inci liang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Aku tak sempat mengerang karena tiba-tiba bibir Oom Heru sudah melumat bibirku. Lidahnya menyeruak masuk mulutku dan mencari-cari lidahku. Aku pun membalasnya.

"Hmmgghh"

Kudengar Oom Heru mendengus tanda birahinya sudah mulai meningkat. Gerakan batang kemaluannya semakin mantap di dalam jepitan liang kemaluanku. Aku merasakan betapa batang kemaluanya yang keras menggesek-gesek kelentitku. Aku pun mengerang dan tubuhku bergerak liar menyambut gesekan batang kemaluannya. Pantatku mengangkat ke atas seolah-olah mengikuti gerakan Oom Heru yang menarik batang kemaluannya dengan cara menyendal seperti orang memancing hingga hanya ujung batang kemaluannya yang masih terjepit dalam liang kemaluanku.

Lalu setelah itu didorongnya batang kemaluannya dengan pelahan hingga ujungnya seolah menumbuk perutku. Dilakukannya hal itu berulang-ulang. Aku merasa ada semacam sentakan dan kedutan hebat saat Oom Heru menarik batang kemaluannya dengan cepat! (Belakangan aku baru tahu kalau itu namanya teknik sendal pancing setelah Oom Heru menceritakannya! Intinya teknik ini adalah mendorong secara pelan hingga batang kemaluannya masuk seluruhnya lalu menarik dengan cepat seperti orang menyendal saat memancing hingga hanya ujung batang kemaluannya yang masih tertinggal! Wow.. Ternyata teknik inilah yang kurasakan paling nikmat dan menjadi teknik favoritku!! Pembaca bisa mencobanya dan wanita ditanggung akan ketagihan deh!!).

Napasku semakin terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tak tertahankan. Begitu besarnya batang kemaluan Oom Heru, sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karna tubuhnya yang berat, batang kemaluan Oom Heru semakin menyeruak ke dalam liang kemaluanku dan melesak hingga ke dasarnya. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang kemaluan Oom Heru menggesek-gesek dinding liang kemaluanku.

Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Oom Heru dengan menggoyang pantatku. Semakin lama, genjotan Oom Heru semakin cepat dan keras, sehingga tubuhku tersentak-sentak dengan hebat. Slep.. slep.. slep.. sleep.. bunyi gesekan batang kemaluan Oom Heru yang terus memompa liang kemaluanku.

"Akhh..! Aakhh.. Oomhh..!" erangku berulang-ulang. Benar-benar luar biasa sensasi yang kurasakan. Oom Heru benar-benar telah menyeretku menuju sorga kenikmatan. Persetan dengan keperawananku. Aku sudah tak peduli apapun.

Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa dari ujung kepala hingga ujung kemaluanku!! Tubuhku mengelepar-gelepar di bawah genjotan tubuh Oom Heru. Seperti tidak sadar, aku dengan lebih berani menyedot lidah Oom Heru dan kupeluk erat-erat tubuhnya seolah takut terlepas.

"Ooh.. Oomh.. Akhh..!" akhirnya aku menjerit panjang ketika hampir mencapai puncak kenikmatan. Tahu aku hampir orgasme, Oom Heru semakin kencang menyendal-nyendal batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku.

Saat itu tubuhku semakin menggelinjang liar di bawah tubuh Oom Heru yang kuat. Tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.

"Ooh.. Aauuhh.. Oomh..!" Jeritku tanpa sadar.

Seketika dengan refleks jari-jariku mencengkeram punggung Oom Heru. Pantatku kunaikkan ke atas menyongsong batang kemaluan Oom Heru agar dapat masuk sedalam-dalamnya. Lalu kurasakan liang kemaluanku berdenyut-denyut dan akhirnya aku seolah merasakan melayang. Tubuhku serasa seringan kapas. Aku benar-benar orgasme!! Gerakanku semakin melemah setelah kenikmatan puncak itu. Oom Heru menghentikan sendalannya.

"Bagaimana rasanya sayang..!" bisik Oom Heru lembut sambil mengecup pipiku.

Aku pun hanya terdiam dan wajahku merona karena malu.

"Istirahat dulu ya sayang" bisiknya lagi.

Oom Heru yang belum orgasme membiarkan saja batang kemaluannya terjepit dalam liang kemaluanku. Kami kembali terdiam. Mungkin Oom Heru sengaja membiarkan aku untuk menikmati saat-saat kenikmatan itu. Aku kembali mengatur napasku sementara kurasakan batang kemaluan Oom Heru terus mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku. Tubuh kami sudah mengkilat karena basah oleh keringat. Memang udara saat itu panas sekali, apalagi kami juga habis bergumul hebat ditambah kamar itu tidak ber AC, hanya kipas angin yang membantu menyejukkan ruangan yang sudah berbau mesum itu.

Setelah beberapa saat Oom Heru yang belum orgasme itu mulai menggerak-gerakkan batang kemaluannya maju mundur. Kali ini dia bergerak tidak menyendal-nyendal lagi. Masih dengan posisi seperti tadi, yaitu kakiku menjuntai ke lantai dan pantatku terletak di tepi pembaringan. Sedangkan oom Heru tetap posisi setengah berdiri karena kakinya masih di lantai.

Kembali gejolak birahiku terbangkit. Dengan sukarela aku menggoyangkan pinggulku seirama dengan gerakan pantat Oom Heru. Rasa nikmat kembali naik ke ubun-ubunku saat kedua tulang kemaluan kami saling beradu. Gerakan batang kemaluan Oom Heru semakin lancar dalam jepitan liang kemaluanku. Meskipun masih ada rasa sedikit ngilu, kubiarkan Oom Heru memompa terus lubang kemaluanku.

Aku yang sudah cukup lelah hanya bergerak mengimbangi ayunan batang kemaluan Oom Heru yang terus memompaku. Batang kemaluannya yang hitam kecoklatan dan sudah berkilat karena basah oleh cairan licin yang keluar dari kemaluanku tanpa ampun menghajar liang kemaluanku. Edan tenan!! Liang kemaluanku dimasuki batang kemaluan sebesar itu. Kalau akau tak malu ingin rasanya aku menjerit meneriakkan kata-kata Oom Timbul dalam iklan jamu yang terkenal "Uenak tenaann!". Memang enak, bagi yang belum pernah merasakan boleh coba! Ditanggung ketagihan.

Memang kupikir-pikir mendingan enak ngeseks begini daripada ikut-ikutan teman kuliahku yang sok idealis berdemo panas-panasan!! Memang banyak teman yang ngajak aku berdemo, tapi aku emoh! Ngapain toh enggak ada untungnya! Paling-paling kita cuman diperalat sama pemimpin demo! (Rupanya ada benarnya juga pilihan yang kuambil untuk tidak ikut-ikutan berdemo! Soalnya ternyata ketahuan ada beberapa rekan yang terima duit dari demo itu!)

Oom Heru semakin lama semakin kencang memompakan batang kemaluannya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi dan leherku dan kedua tangannya meremas kedua buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu nafsuku semakin memuncak kembali. Kurasakan kenikmatan mulai menjalar lagi. Bermula dari selangkanganku kenikmatan itu menjalar ke putingku lalu ke ubun-ubunku. Aku lalu balik membalas ciuman Oom Heru, pantatku bergerak memutar mengimbangi batang kemaluan Oom Heru yang dengan perkasa menusuk-nusuk lubang kemaluanku.

Gerakan Oom Heru mulai semakin liar. Napasnya mendengus seperti kerbau gila! (Mungkin kerbau kalau lagi gila begini kali ya?) Pantatku kuputar-putar, kiri-kanan semakin liar untuk menggerus batang batang kemaluan Oom Heru yang terjepit erat dalam lubang kemaluanku. Aku pun semakin tak mampu menahan diri. Kusedot lidah Oom Heru yang menyelusup ke dalam mulutku. Tubuh Oom Heru mengejat-ngejat seperti orang tersengat listrik karena kenikmatan.

Lalu di saat aku menjerit panjang saat merasakan orgasme untuk yang ke sekian kalinya. Oom Heru pun mengejat-ngejat.

"Ough.. Ugh.. Ughh" dengan napas yang terengah-engah, Oom Heru yang berada diatas tubuhku semakin cepat menghunjamkan batang kemaluannya. Lalu

Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crtt.. Crtt..

Aku merasakan betapa batang kemaluan Oom Heru menyemprotkan air maninya dalam kehangatan liang kemaluanku. Matanya membeliak dan tubuhnya terguncang hebat. Batang kemaluannya mengedut-ngedut hebat saat menyemburkan air maninya. Aku merasakan ada semprotan hangat di dalam sana, nikmat sekali rasanya. Rupanya kami mencapai orgasme yang bersamaan.

"Teruss.. teruss.. putarr sayanghh..!" dengus Oom Heru. Aku pun membantunya dengan semakin liar memutar pinggulku.

Beberapa saat kemudian tubuhnya ambruk hingga menindih tubuhku. Batang kemaluannya tetap terjepit dalam liang kemaluanku. Sementara aku merasakan ada aliran cairan yang mengalir keluar dari liang kemaluanku. Napas kami menderu selama beberapa saat setelah pergumulan nikmat yang melelahkan itu.

Gila, air mani Oom Heru luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang kemaluanku terasa kebanjiran. Bahkan karna begitu banyaknya, air mani Oom Heru belepotan hingga ke bibir kemaluanku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu reda. Untuk beberapa saat Oom Heru masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. Batang kemaluannya yang sudah mulai melemas secara perlahan terdorong keluar oleh kontraksi otot liang kemaluanku. Hingga tiba-tiba tubuh kami berdua seperti tersentak saat batang kemaluan itu terlepas dari jepitan kemaluanku.

Plop..

Seperti tutup botol yang terlepas saat batang kemaluan itu terlepas dari jepitan liang kemaluanku. Kami tersenyum.

"Enak sayang?" bisiknya mesra."Kamu sungguh hebat Anna. Oom sayang sekali sama Anna" ia merayu lagi setelah memperoleh kenikmatan dariku.

Setelah itu ia menggulingkan tubuhnya berguling kesampingku. Mataku menerawang menatap langit-langit kamar. Ada sesal yang mengendap dihatiku. Tapi nasi sudah menjadi bubur! Air mani sudah terlanjur mengucur! Biarin deh! Apa yang terjadi terjadilah. Que sera sera! Demikian pembenaranku.

"Maafkan Oom, Anna. Oom telah khilaf" bisik Oom Heru lirih.

Aku tidak menjawab, aku duduk dan bermaksud membersihkan ceceran air mani Oom Heru yang berceceran di bibir kemaluanku. Aku kembali tercenung melihat betapa cairan mani yang mengalir keluar dari liang kemaluanku sedikit kemerahan karena darah perawanku. Ya perawanku telah terenggut oleh Oomku! Adik kandung ayahku sendiri!! Untuk beberapa saat tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua.

Namun rupanya penyesalanku tidak berlangsung lama. Kenikmatan mengalahkan rasa sesalku. Hari itu kami melakukannya lagi berulang-ulang seperti layaknya pengantin baru. Oom Heru mengajariku berbagai gaya yang aneh-aneh! Memang keadaan sangat mendukung karena kedua orangtuaku baru pulang setelah petang. Jadi siang itu kami benar-benar mereguk kenikmatan sebebas-bebasnya. Dari beberapa gaya yang diperkenalkan Oom Heru, hanya gaya "sendal pancing" itulah yang paling berkesan bagiku dan menjadi gaya favoritku.

Sejak saat itu aku menjadi kekasih Oom ku sendiri. Tentunya tanpa sepengetahuan ayahku. Dan setiap ada kesempatan kami selalu melakukannya di manapun dan kapanpun! Benar pembaca aku menjadi tergila-gila dengan yang namanya seks! I become addicted to cock since then!

Kamis, 22 Juli 2010

Demi Hidup Aku Rela Jadi Pemuas Nafsu

Demi Hidup Aku Rela Jadi Pemuas Nafsu

Rahma (nama samaran) gadis yang malang penuh dengan siksaan dan paksaan orang tua, yang akhirnya terjun kedunia hitam jadi bulan-bulanan nafsu sex para lelaki hidung belang. Rahmah tidak tahu kemana lagi mengadukan nasipnya, hanya di benaknya bagaimana bisa makan dan tidur. Ramah coba-coba ingin merubah nasip menjual diri di café-café dengan. Hal ini Ramah menceritakan kisahnya pada penulis.
Di suatu malam yang sangat dingin, hujan grimis mengguyur tubuh penulis yang saat itu melintas di ruas Jalan Marelan tiba-tiba tidak di sengaja terlihat seorang gadis yang menggunakan gaun tembus pandang. Tubuhnya yang mungil dan cantik di terpa angin yang kencang. Sekali-sekali dirinya menggigil menahan dinginnya cuaca malam itu. Penulis yang masih terus penasaran melihat tindakan gadis tersebut. Terlintas juga dalam benak penulis “gadis cantik seperti itu lagi ngapain di muka cafe ? sementara di dalam café pengunjung sepi ” inilah yang terlintas dalam benak penulis.

Akhirnya penulis mencoba memberanikan diri menyapa gadis yang memakai baju warna putih tembus pandang. “Hai… lagi ngapain mbak ? dia mejawab dengan ramah ” ngga ada, cuman nongkorong doang.” Selanjutnya penulis mengenalkan diri pada gadis cantik tersebut mengaku namanya “Ramah”. Kurang lebih limabelas menit dimuka café, penulis mengajak gadis itu kedalam café. Sesampainya dalam café penulis menanyakan “Ramah minum apa ? ” dijawabnya terserah apa aja bang. Pelayan café juga tiba di muka kami, yang tidak kalah sexsi dan cantiknya dari Ramah memakai rok mini di atas lutut. Pelayan café sangat ramah juga genit, sekali-sekali tangannya suka menggoda dan merabah-rabah paha pengunjung.

Hujan grimis masih membasahi jalan raya, cuacapun semakin dingin, pengunjung café sudah kosong, tinggal kami berdua dan dua orang pelayan café, saat itu jam 1.30 Wibb. Ramah yang dari tadi hanya tertunduk sepertinya butuh perhatian, sekali-sekali Ramah menebarkan senyum yang menggoda.

Panjang lebar cerita hujanpun tidak kunjung berhenti, minuman Jus sudah habis, pemilik café menyhiapkan barang-barangnya untuk tutup. Ramah mulai buka cerita dengan sifat yang agak malu-malu, sambil mengatakan “bang cafenya sudah maututup kita cek in yo? ” mendengar ajakan Ramah penulis terdiam sejenak. Ramah sepertinya tidak habis pikir, kenapa saya tidak mau menjawabnya. Ramah bertanya lagi ” bang ayo donk…! aku mau cerita lebih jauh lagi ama abang. Akhirnya aku kabulkan ajakan Ramah karena penuh dengan harapan akan mendapat cerita dari Ramah.

Akhirnya kami bergegas mau pergi, pemilik café langsung menegur “abang mau pulang ? aku jawab ia tante. Nanti sakit, inikan masih hujan…! Aku jawab “kayaknya hujannya ini lama tante”. Kami pulang tante ? di jawabnya ia…! Hati-hati di jalan licin bang. Aku jawab lagi ia tante.

Kami langsung menuju ke arah Simalingkar salah satu café and bar dekat Hotel Royal Sumatera. Sewaktu dalam perjalanan Ramah memeluk aku sangat kencang sepertinya takut kehilangan. Dalam perjalan itu aku bertanya “Ramah kamu cantik, kok maunya kerjaan seperti ini ? ” Jawab Ramah “bang kalau masih ada kerjaan yang lebih hina dari sini akan kurjakan walaupun itu pahit. Maksud Ramah gimana ? Ramah juga tidak mau kerja ini tapi orang tua Ramah sendiri menghancurkan masa depan Ramah.

Ramah tidak diterima dilingkungan keluarga lagi bang. Kalau kuceritakan kehidupan aku mungkin satu malam ini belum selesai. Tapi itupun kalau abang mendesakku nanti ada waktunya bang, Ramah akan ceritakan semuanya buat abang. Kamipun sampai dalam tujuan, aku kaget Ramah rupanya sudah dikenal dicafé tersebut. Sesampainya dicafe Ramah langsung didekati seorang laki-laki separuh baya yang notabenya om-om. Yang pasti aku tidak tahu persis apa cerita orang itu, hanya melihat Ramah dipeluk silaki-laki tadi dengan erat sambil mencium bibir Ramah di tengah-tengah lampu yang samar-samar.

Lanjut cerita gadis malang itu mulai bergegas mau pergi bersama silaki-laki yang kehausan nafsu dengan kondisi setengah mabuk. Sebelum pergi Ramah mendekatiku sambil mengatakan “bang Ramah mau pergi, pokonya besok aku hubungi abang, ok bang ?” aku mengiyakannya. Ramah langsung pergi menaiki mobil laki-laki itu untuk meninggalkan café. Akupun tidak tinggal diam untuk melacak mangsa tulisanku luput sampai disitu. Kupanggil pelayan café untuk membayar minuman. Tapi lain jawaban pelayan “bang minumannya sudah dibayar om tadi”. sebelum pergi meninggalkan café kuberikan tip sama pelayan café yang menemaniku untuk pamitan pulang.

Sampai dimukan café kuperhatikan mobil laki-laki itu kemana arahnya. Kuikuti dari belakang sampai mobil itu belok kesalah satu tempat penginapan yang berkelas di Simalingkar. Ya…kutinggalkan setelah dapat kepastian mereka menginap di hotel tersebut.

Sesampainya di simpang kampus Universitas Sumatera Utara (USU) aku berhenti di satu café kecil minum (TST) Teh Susu Terlor. Selama satu jam aku di café itu, tiba-tiba ponselku bunyi dengan nada panggilan. Kuangkat poselku kulihat nomornya sepertinya tidak aku kenal. Aku sempat kaget tengah malam kegini siapa lagi yang menghubungiku terlintas dalam benak aku. Ponsel berbunyi terus kubiarkan sampai tiga kali panggilan baru kuangkat.

Sangat kaget mendengar sautan dalam posel itu terdengar suara perempuan baru kukenal. Menjawab pertanyanku dengan manja sambil mengajak aku untuk menginap. Mendengar ajakan ini aku tidak percaya bahwa Ramah mau menginap bersamaku, sementara dianya masih bersama laki-laki barusan 2 jam kutinganggalkan.

Ramah mengatakan kalau laki-laki tadi tidak bisa menginap sampai pagi, karena takut ketahuan sama istri dan anaknya. Aku tanya ini no HP siapa ? Ramah jawab om tadi kupinjam. Kutanya lagi berarti dia masih ada di ruang kamar ? Ramah menjawab ia, tapi dia udah mau pulang bang, abang datang ya ? aku tunggu Ramah tidak ada kawan, cepat donk bang. Desakan ini aku tidak mudah terpengaruh, karena takut ada kejadian yang tidak di inginkan nanti.

Kurang lebih 30 menit hari hampir pagi jam 4.23 Wibb aku menghubungi Ramah melalui ponselnya. Ramah mengangkat dengan nada kesal “abang dimana kok ngga datang ?. cepat donk aku tidak ada kawan nih…!. Akhirinya aku beranikan diri balik lagi kehotel tersebut. Kuperhatikan mobil silaki-laki setengah baya yang tadi kutinggalkan di tempat parkir, memang tidak ada. Aku tanya langsung pejaga hotel, menjawabnya sudah pulang bang, abang itu tiap menginap di hotel ini sampai jam 3.00 Wib saja bang.

Abang mau ngapain ? kujawab dengan nada yang ramah dan sopan “aku barusan di hubungi cewek kawan bapak tadi. belum habis aku ngomong langsung penjaga itu potong Ramah bang ? katanya, ia bang. Ada di kamar 19, masuk aja bang, ngga apa-apa itu disini bisa kita jaga kemanan. Ok bang terimakasih yang bang, aku balik jawab. Langsung menuju kekamar no 19 kuketuk pintu kamar langsung di buka gadis seorang diri dengan mengenakan gaun tidur tembus pandang. Sepertinya Ramah tidak memakai BH als pembalut buah dada, hanya segi tiga transparan yang nampak. Mulai dari ujung rambut kuperhatikan sampai ujung kuku serta seisi dalam kamar itu sebulum masuk. Diperselakan masuk sambil menarik tanganku kedalam, “kok takut-takut masuk donk bang, ngga apa-apa kok”. Tanggan Ramah yang nakal hampir membuat aku jadi tidak terkontrol.

Ramah memang cantik, putih dan seksi tidak di temui satupun bekas luka ditubunya. Tangannya yang mulus, lembutnya belain penuh dengan rasa sayang. aku tertunduk sejenak di pinggir tempat tidur sambil mengisap rokok Sampoerna, sementara Ramah tidur dipagkuan aku sambil memeluk pinggangku. Rokok sudah habis aku ambilkan tas kecilku yang di dalamnya ada alat perekam suara, langsung kuhidupkan. Ramah memang nakal, mau tahu aja apa isi dalam tas aku. Dia mengambilnya dan mengeluarkan tipe rekamannya, memutar balik isi kaset. Baru Ramah tahu mulai dari perteman tadi dianya ngomong aku rekam. Saat itu juga gadis yang seksi, manja mencubitku dengan kesal. “abang kok tega kali merekam suara Ramah, untuk apa bang ?, abang wartawan ya ? jahat abang, aku ngga mau lagi cerita ama abang. Rupanya abang wartawan pantasan abang mulai dari tadi ngebutkali mendengar kisah Ramah kenapa terjuan kedunia malam”.

Ramah yang dari tadi nakal, kontan langsung terdiam dan membelakangi aku. Sementara radio rekamannya dia pegang, aku minta dia ngga kasih. Bahkan dia mengatakan “abang puas ya menanyai Ramah hanya untuk kesenangan abang, malunya untuk ramah, berarti abang ikut donk menghancurkan Ramah dan mempermalukan ramah di muka umum”.

Aku berusaha meyakininya dengan rasa sayang, kukecup pipinya yang menandakan aku bukan untuk mempermalukannya. Tapi aku ingin mengangkat kisahnya untuk membantu sakit hati Ramah yang selama ini dipendam seperti bara yang sangat merah dan panas. Ramah kupeluk, kusayang, akhirnya Ramah mengalah memberikan rekamannya.

Ramah yang marah akhirnya bisaku redahkan kemarahannya. Sampai setengah jam Ramah tidak mau cakap, Ramah diam dengan posisi tengkurap di atas tempat tidur yang empuk tanpa menghiraukan aku. Aku termenung sejenak memikirkan cara apa lagi kubuat untuk mengajak Ramah ceritakan kisahnya. Dengan ide yang cemermalang terlintas di benakku untuk merayu dengan posisi yang sama. Akhirnya pertahaan Ramah kandas juga, Ramah membalikkan tubuhnya dengan posisi miring menghadap aku. Dia senyum sambil memelukku sambil bertanya. Apasih gunanya abang muat di koran kisah Ramah ? abang jahat kali ya ? apa memang wartawan seperti itu ? sukanya memberitakan kesusahan orang lain. Aku jawab dengan nada yang ramah serta menebar senyuman yang memikat hati Ramah agar ianya dapat yakin dan percaya.

Ramah yang manja dan seksi akhirnya luluh tersenyum dengan iklas meceritakan kisah hidupnya sampai terjun ke dunia hitam untuk memuaskan nafsu lelaki hidung belang.

Ramah bercerita pajang lebar tentang kisah hidupnya pada penulis pada pukul 4.30 Wib sampai pukul 7.30 pagi. Berawal dari ceritanya gadis cantik ini sangat lugu takut dengan laki-laki, bahkan banyak sekali kawan-kawan Ramah yang mengejeknya kampungan. Tapi itu semua tidak pernah dia masukkan dalam hati hanya dianggapnya sebatas kuping saja. Waktu itu Ramah masih duduk di bangku SMA Swasta kelas dua di Medan. Dengan keluguan Ramah banyak sekali para lelaki satu lokalnya menaruh hati sama aku. lain orang lain tingkah lakunya beratus teori yang di buat cowok-cowok keren yang mendekatinya, yang namanya cinta belum juga ada di benaknya. Suatu waktu yang tidak di sangka Ramah ketemu dengan seorang pemuda yang baik hati ianya Roni (nama samarannya) berhasil memikat hati Ramah.

Penuh dengan rayuan dan kemesrahan yang berjalan cukup lumayan sampai kejenjang penikahan. Awal dari kesukaan Ramah pada Roni penuh dengan kejujuran dan kebaikannya di mata Ramah membuatnya tergila-gila dengan Roni. Saat yang di nanti-nantikan Roni mulai berani bercanda mengajak Ramah jalan-jalan ke salahsatu tepat perbelanjaan. Ajak ini tidak disangkah Roni kalau ramah langsung menyetujuinya. Perjalananpun dilanjutkan kesebuah plaza dengan mesra Roni memberanikan dirimemegang jari tangan Ramah yang lembut dan halus.

Sentuhan itu membuat hati Ramah berdebar-debar seperti baru terkena strum listrik. Padahal menurutnya banyak cowok yang jahil menyentuh tangannya, satupun belum pernah ia rasakan detak jantung seperti ini. Ramah membalas sentuhan tangan Roni sampai pada gemgaman yang gemas sama-sama dilakukan. Roni menarik tangan Ramah sambil mengecup kulit tangan Ramah yang halus penuh dengan arti dan kasih sayang yang tidak bisa dituturkan.

Sesampai plaza Ramah mengajak Roni keliling-keling di dalam plaza. Aku mulai sudah lelah Roni juga kelelahan. Aku kasihan melihat Roni aku ajak dia pulang kerumahku, sesampainya kami dirumah ternyata kedua orang tuaku bekum juga pulang kerja, yang ada adik aku barung pulang sekolah. Kami melanjutkan ngobrolnya di ruang tamu sambil nonton TV Flim Sinetron yang di bintangi Rano Karno sema menjalin cinta remaja di bangku sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 Wibb Roni dengan sopan berpamitan sama aku. Dengan kesopanan Roni juga membuat aku terus bertambah sayang dan cinta sama dia.

Tanpa kami sadari Tiga bulan sudah berjalan hubungan aku dengan Roni. Hubungan baik itu melalui telepon atau ketemu disekolah terus berlanjut. Roni sudah mengenalkan aku pada orang tuanya, dan aku sudah mengenalkan Roni pada kedua orang tuaku. Semula kedua orang tuaku tidak pernah mempersoalkan hubunganku dengan Roni sampai kami naik kelas tiga. Sewaktu hari libur kawan-kawan aku mengajak rekreasi dipantai kasan.

Roni menyetujuinya, aku senang karena Roni mau ikut bersama-sama. Kami berangkat tiga pasangan yang semuanya pacaran, ongkos kami kumpul-kumpul bersama. Tiba waktunya aku pun menunggu angkot berjanji jumpa di sipang Amplas. Pukul 9.30 wibb sudah kumpul semuanya, langsung menaiki mobil bersama-sama kepemandian. Sesampainya di sana masing-masing pasangan berpencar menyewa gubuk yang ada dipinggir pantai. Roni masih malu-malu untuk menyewa gubuk buat kami berdua yang di luar. Dia menatapku dengan penuh kasih sayang aku mengkedipkan mata agar Roni berani menyewakan gubuk buat kami. Akhirnya Roni mengajak aku menyewa gubuk pas dipinggir pantai. Cuaca mulai mendung kami ganti baju untuk sama-sama berenang. Satu jam penuh berenang perut mulai mulas dan terasa nyeri menahankan lapar. Setenga jam kemudian kami dengan bersama-sama berhenti mandi untuk makan di tepi pantai Kasan.

Mandi sudah, makanpun sudah tinggal istrihat dulu baru nunggu sore baru mandi lagi siap mandi baru pulang. Kebetulan siap makan hujan grimis pun tiba, kami sangat khawatir kalau pantai ini akan meluap nantinya. Tapi kekawatiran ini hilang begitu saja sesaat aku berdua dengan Roni di dalam gubuk. Hujan makin lebat, Roni menutup pintu gubuk, suasana makin dingin Roni menatapku dengan lembut. Saat aku menggeser posisi dudukku Roni menarik tanganku, sambil merangkul bahuku. Aku terkejut dengan napas yang agak kencang, jantungku berdebar-debar ada rasa benci dan suka. Roni tidak menghintakan jemarinya di bahuku, tangannya mulai menjulur ke pinggangku meletakkan tangannya di atas pahaku yang di balut dengan celana renangku yang basah kuyup.

Roni mencium leherku dan kupingku, aku meronta dengan kecil sambil mengatakan jangan bang, nanti kalau kita sudah kawinkan abang bisa melakukannya. Roni tidak mendengar keluhanku bahkan ia merayuku dengan kata-kata dan gombalan sambil mengatakan “aku mau bertanggung jawab untuk mengawinimu, aku sumpah demi tuhan” kebetulan Roni beragama Islam aku keristen. Kutanya roni lagi apa orang tua abang mau menerimaku ” dia jawab aku sudah bilang sama orang tuaku mereka setujuh, terserah pilihan aku ” akhirnya pertahananku kandaslah sudah. Aku pasra Roni menciumi aku mulai dari ujung rambut sampai kakiku, dengan penuh rasa sayang dan menikmati keindahan tubuhku.

Aku tidak tahan perlakuan Roni, membuat aku macam cacing kepanasan sambil membalas cubuan Roni. Melihat perlawanku Roni semakin semangat sambil berusaha membuka baju dan celana renangku, dengan sekejap baju dan celanaku sudah lepas dari tubuhku. Tubuhku yang putih mulus hanya di balut segi tiga dan BH. Melihat kemontokan tubuhku Roni sempat terpelongo sejenak melihat pemandangan yang tidak pernah dilihatnya secara langsung selain dengan menonton fliim biru.

Dengan secepat kilat Roni melepaskan seluruh pakaiannya yang melekat di tubuhnya. Aku terkejut dan malu melihat Roni telanjang bulat di hadapanku, dadanya yang kekar ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku teringat kata-kata kawan aku, kalau ada bulu tubuh di dada pria nafsunya tinggi, mengingat ini akau gemetar. Tanpa di komandoi tangan Roni yang lincah membuat aku kehilangan konstrasi. Aku gelagapan menyeimbangi jamahan dan ciuman yang di lakukan Roni samaku.

Aku hampir lemas dengan cumbuan Roni yang membuatku tidak sadar diri sumua pembalut tubuhku telepas sudah seperti anak yang baru dilahirkan tanpa sehelai benangpun yang menghalanginya. Roni mulai meningkatkan serangannya maaf pembaca “dengan menjilat milikku yang paling berharga”. Aku tidak tahu apa lagi yang dilakukan Roni yang jelas membuat aku menggelinjang-gelinjang.

Roni menindihku sambil membuat ancang-ancang diatas tubuhku sambil mengarahkan basokanya sambil menciumi leherku dan telingaku. Saat tubuh Roni peling bawah menekan milikku terasa nyeri dan sakit. Mendengar jeritanku Roni merasa kasihan dan menghentikan aksinya sebentar. Sambil mempermainkan buah kembar milikku, selang beberapa minit Roni mengulangi aksinya sambil menekan dengan pelan-pelan, tapi sangat luar biasa sakitnya. Aku baru kali itu di cium laki-laki, apalagi untuk di gitui.

Roni mulai tidak sabar menikmati milikku, akhirnya dia menekannya dengan keras, aku menjerit kesakitan. Roni berhasil membongkar pintu milikku yang kian lama kujaga, Roni tidak bergerak dia membiarkan miliknya didalam miliku. Sekali-sekali Roni mengangkat tubuhnya dengan lembut, aku mulai merasakan nikmat bercampur sakit kurang lebih lima belas menit Roni mengerang dan terkulai lemas di sampingku.

Aku memaki diriku sambil menangis, kenapa aku segampang itu mengikuti godaan setan yang menimpahku. Aku mau duduk terasa sakit di selangkanganku, Roni kulihat dengan senyum sambil memeluk aku. dia meyakinkan aku bahwa dirinya tidak akan menyia-nyiakanku sampai kapanpun dia tetap bertanggungjawab katanya padaku. Dengan kata-kata bang Roni membuat aku tidak ada apa-apanya dimuka dia aku tertunduk dan patuh pada perintahnya.